OPINI  

Asal Usul Kata Pahlawan dari Bahasa Mesir Kuno, Persia, Turki, Arab dan India

Oleh Dr. Halimi Zuhdy, M.Pd., Akademisi dan Peneliti UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang

Setiap muncul nama-nama, atau calon nama pahlawan di Indonesia, akan banyak opini, perdebatan dan diskusi yang tak usai. Kenapa? Karena nama-nama itu nantinya bukan hanya sebuah pajangan di kalender dan ensiklopedia pahlawan nasional, tapi ia akan menjadi uswah untuk generasi berikutnya. Ia akan menjadi cermin bangsa, menjadi tombak negeri untuk bangkit lebih baik. Dan tidak hanya itu, Ia akan menjadi lambang kehormatan untuk keluarganya, masyarakatnya, sukunya dan juga negerinya. Dan juga menjadi kebanggaan, “Oh, keturunan pahlawan ya?!, pantas hebat”, ini sebuah kehormatan. “Masak, keturunan pahlawan kelakuan ngono!?” Sebuah tantangan juga. 😁 . Kalau keliru memilih pahlawan? Lah, ini saya tidak tahu. Bisa didiskusikan lebih lanjut.

Toyyib. Saya hanya akan mengulik tentang Asal-usul kata “pahlawan”nya saja, bukan tentang pantas dan tidaknya menjadi pahlawan. Kata “pahlawan” ini adalah hasil perjalanan panjang lintas bahasa, budaya, dan peradaban dari Mesir kuno hingga Persia, dari India hingga dunia Arab dan Nusantara.

Secara etimologis, kata ini memiliki dua jalur utama yang saling beririsan: jalur “Persia – Arab” melalui istilah بهلوان (bahlawān) dan jalur “India – Nusantara melalui istilah Sanskerta “phala”. Keduanya menyatu dalam makna simbolik yang menandai keberanian, keahlian, dan pengorbanan bagi sesama. Kalau kita katakan “perjuangan”.

Dalam khazanah Persia kuno, istilah پهلوان (pahlevān) berarti pahlawan, pejuang gagah, atau orang kuat. Kata ini kemudian diadopsi ke dalam bahasa Arab sebagai “بهلوان”, yang awalnya bermakna “petarung atau pemain akrobat”, seseorang yang tangkas, berani, dan lihai menghadapi risiko.

Menurut sumber etimologi seperti alankaa. com dan معجم المعاني الجامع, bentuk bahlawān berasal dari akar Persia “pahlevān” dan Turki “pehlivan”, yang menandakan tokoh pemberani dan kuat jasmani maupun mental. Dalam perkembangannya, istilah ini juga muncul dalam sastra Arab melalui tokoh legendaris seperti حمزة البهلوان (Hamzah al-Bahlawān), seorang figur yang mencerminkan perpaduan antara kecerdikan, kekuatan spiritual, dan keberanian menghadapi ketidakadilan.

Namun, dalam tradisi Mesir kuno, sebagaimana dijelaskan oleh Dr. ‘Isam Staty dalam portal “Ahl Masr”, istilah “bahlawān” diyakini berasal dari frasa “بي أهلوان” yang berarti “orang yang meniru gerak seekor kera.” Di sini, “bahlawān” menggambarkan seseorang yang lincah dan mampu melakukan gerakan ekstrem, mencerminkan keahlian tubuh dan daya akal. Figur ini dalam cerita rakyat tidak hanya dilihat sebagai penghibur, tetapi juga sebagai simbol filsafat hidup, yakni manusia yang menggunakan akal untuk menaklukkan kekuatan fisik. Dalam narasi Hamzah al-Bahlawān, misalnya, muncul gagasan bahwa العقل ينتصر على السيف (akal mengalahkan pedang), menegaskan supremasi kebijaksanaan atas kekerasan. Ini berat banget lo.

Sementara itu, dalam konteks Nusantara, kata “pahlawan” mengalami proses lokalisasi yang unik. Berdasarkan beberapa bacaan yang saya rekam, istilah ini berasal dari bahasa Sanskrta “phala” yang berarti “buah” atau “hasil”. Dalam kerangka filsafat Hindu dan Buddhis, “phala” adalah “buah perbuatan”, hasil moral dari tindakan baik manusia. Atau mungkin, kita kenal “pahala” (semoga ini tepat). Maka, “pahlawan” berarti “orang yang menghasilkan kebaikan,” yakni seseorang yang tindakan dan pengorbanannya membuahkan manfaat bagi masyarakat dan kemanusiaan.

Lah..Di Indonesia, makna ini kemudian disahkan secara semantik oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai “orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran.”

Dengan demikian, dalam perspektif akademik, kata “pahlawan” adalah hasil sintesis antara makna fisik Persia dan makna etis India. Dari Persia dan dunia Arab, ia mewarisi aspek keberanian dan keahlian; dari India, ia menyerap nilai spiritual tentang hasil tindakan baik. Kombinasi ini membentuk konsep “pahlawan” sebagaimana dikenal di Indonesia hari ini, sosok yang kuat dalam keberanian, tajam dalam kebijaksanaan, dan tulus dalam pengorbanan. Manusia yang menjadikan hasil tindakannya sebagai buah bagi kemanusiaan.

Terlepas dari siapa yang memilih untuk menjadikan seseorang pahlawan. Maka, pahlawan adalah sosok kuat pemberani. (*)