Makkah, jurnal9.tv -Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifatul Choiri Fauzi mengemban amanah penting tahun ini sebagai bagian dari Tim Amirul Hajj Indonesia. Saat ditemui di Masjidil Haram, Sabtu (31/5) dini hari, usai melaksanakan umrah bersama Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar, Arifah (sapaan akrabnya) menegaskan fokus utamanya: memantau langsung layanan yang diterima calon jemaah haji perempuan.
“Tugas saya yang paling utama adalah bagaimana memantau dan melihat layanan yang diterima oleh jemaah perempuan. Saat ini jumlah jemaah perempuan lebih banyak dari jemaah laki-laki (55 persen),” ujarnya.
Arifah yang juga menjabat sebagai Ketua Pimpinan Pusat Muslimat NU menekankan, dengan komposisi haji mayoritas perempuan ini, ada kebutuhan khusus yang wajib diperhatikan.
Salah satunya adalah rasio petugas pembimbing perempuan yang masih minim dibandingkan petugas laki-laki. “Padahal jumlah jemaah perempuan lebih banyak,” tegasnya.
Selain soal jumlah pembimbing, ia juga menyoroti masalah sanitasi. Menurutnya, durasi penggunaan toilet perempuan secara alami lebih lama dibanding laki-laki. Oleh karena itu, ketersediaan fasilitas toilet khusus perempuan harus diperbanyak.
Tak hanya itu, Arifah juga mencatat pentingnya peran konsultan ibadah perempuan dalam tim Musytasyar Dini. “Kalau tidak salah, yang perempuan jumlahnya hanya dua. Mudah-mudahan di tahun berikutnya setelah kita melihat realisasi di lapangan, jumlah Musytasyar Dini perempuan juga ditambah,” katanya.
Menariknya, ia bahkan menyinggung soal peran media. “Kalau tidak salah, jumlah wartawan perempuan dibanding laki-laki hanya sedikit. Padahal wartawan juga perlu meliput apa yang dialami, baik itu kebaikan-kebaikan layanan yang dilakukan panitia,” tambahnya.
Arifah mengungkap, pesan dari Presiden RI yang disampaikan melalui Menag Nasaruddin adalah jelas: memberikan layanan terbaik untuk seluruh jemaah haji Indonesia, termasuk perempuan. Dari sisi kementeriannya, PPPA menginginkan penyelenggaraan haji yang semakin ramah perempuan.
“Perempuan punya kebutuhan khusus, misalnya seperti alat reproduksi. Ketika menstruasi, apa yang harus dilakukan, ketika mengalami dara istihadhah (darah di luar masa menstruasi), apa yang dilakukan, dan sebagainya. Itu semua harus didukung dengan layanan yang tepat,” tutupnya.