Muslimat NU Surabaya Terima Kunjungan Delegasi Asia-Afrika

Surabaya, Jurnal9.tv – Pimpinan Cabang Muslimat Nahdlatul Ulama Kota Surabaya menerima kunjungan para peneliti yang berasal dari sejumlah Negara di Asia-Afrika. Kedatangan mereka berkaitan dengan pelatihan kerjasama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKBN), Kementrian Sekretariat Negara (Kemensetneg) dan United Nation Population Fund (UNFPA) yang berlangsung di Kantor Muslimat NU Jl. A. Yani  Wonokromo Surabaya, pada Kamis (28/07/23).

Dalam kunjungan tersebut, sejumlah isu dibahas berkaitan dengan peran dan kontribusi Perempuan terhadap pemberdayaan masyarakat utamanya keberhasilan Kota Surabaya dalam penerapan program Keluarga Berencana dan penurunan stunting.

Ibu Nyai Masfufah Ketua II PC Muslimat NU Surabaya bersyukur mendapat kepercayaan menerima kunjungan sejumlah tamu Negara untuk berbagi pengalaman yang dilakukan ibu-ibu muslimat di Kota Pahlawwan.

“Alhamdulillah mendapat kepercayaan menerima tamu pemerintah dari berbagai Negara Ini menambah support kami untuk lebih mandiri dalam mengembangkan organisasi untuk mengabdi pada bangsa dan Negara,” tuturnya.

Di hadapan para peneliti luar negeri, Muslimat NU berbagi pengalaman yang telah dicapai berkaitan dengan bidang garap Keagamaan, Ekonomi, Sosial, Tenaga Kerja, Pndidikan, Lingkunngan Hidup, Kesehatan hinggan Hukum dan Advokasi.

“Tadi juga kami presentasikan bagaimana peran muslimat di Surabaya dalam peranannya terhadap perempuan baik kesehatan melalui peranan struktur penggerak di tingkat cabang, anak cabang hingga ranting,” lanjutnya.

Keberhasilan sejumlah agenda tersebut tidak terlepas dari adanya sinergi dari pemerintah dengan organisasi keislaman seperti Nahdlatul Ulama yang memudahkan pelaksanaan dan pendampingan masyarakat berjalan efektif melalui majelis taklim dan pengajian.

“Kami punya Majelis Taklim Ar-Rahmah yang dilakukan sebulan sekali, yang mengkaji berbagai hal terkait perempuan dan kesehatan reproduksi, jadi kekuatan menurunkan stunting kita dukung dengan itu,”  tuturnya.

Dirinya juga menegaskan posisi perempuan dalam Islam memiliki Peranan sangat pentng, perjalanan sebuah peradaban menurutnya juga bergantunng pada peran perempuan. Dalam rumah tangga juga ibu berperan sebagai madrosatul ula sebagai pendidik pertama.

“Kalau perempuannya mandeg ya mandeglah, kalau perempuannya bagus peradabannya juga bagus, tapi kalau perempuannnya jelek maka negaranya hancur,” pungkasnya.

Sementara itu, Zhaw Min Than salah satu perwakilan asal Myanmar mengaku takjub kepada Muslimat NU yang mampu membawa organisasi bisa terus memperjuangkan visinya, mengingat di Myanmar  penduduk Muslim sebagai minoritas tidak memiliki wadah untuk berdiskusi terlebih dalam persoalan pendidikan, kesehatan dan kesempatan kerja bagi perempuan.

“Di Myanmar, Muslim tidak mempunyai kelompok, mereka kesulitan mendapatkan pendidikan, bahkan seringkali bergantung kepada orang tua dan suaminya dalam situasi masyarakat yang patriarki,” kata Zhaw.

Para delegasi terdiri dari 14 orang yang berasal dari Negara Nepal, Myanmar, Ethiopia, Burundi, dan Malaysia. Selama tujuh hari penuh mulai dari Senin (24/7/2023) hingga Jumat (28/7/2023), mereka saling berbagi pengalaman dan praktik-praktik baik tentang kesehatan reproduksi, pencegahan perkawinan anak, KB, dan pencegahan stunting. (zen/snm)