Surabaya, Jurnal9.tv – Indonesia menjadi salah satu negara yang mampu memberikan daya tarik tersendiri bagi masyarakat lokal maupun luar. 1000 budaya dan kekayaan alam yang melimpah menjadi faktor terbesar dari daya tarik tersebut. Tradisi-tradisi yang ada di setiap daerah yang melekat bahkan masih dilakukan dan dijadikan kiblat oleh masyarakat lokal, menyebabkan keksistensiannya tetap hidup dan terjaga. Dan salah satu tradisi yang saat ini masih dilakukan adalah ‘Japuik’ dari Kabupaten Lamongan.
Keunikan dari Tradisi Japuik menjadikan Lamongan menjadi kota yang dikategorikan memiliki ciri khas tersendiri dalam konteks pernikahan. Umumnya di banyak kebudayaan sebelum menikah, pihak calon pengantin Pria wajib datang ke rumah calon pengantin Putri untuk melamar. Akan tetapi hal tersebut tidak berlaku di kota Soto tersebut.
Japuik adalah tradisi prosesi pelamaran pengantin, dimana dalam tradisi Japuik pihak calon pengantin wanita melamar pihak lelaki sebelum naik ke pelaminan. Kenyataan dari adanya tradisi tersebut dibuktikan oleh Rahmad dan Yuyun warga Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan yang menikah dengan menggunakan tradisi Jaipuk.
Ketika prosesi melamar, pihak perempuan membawakan beberapa seserahan atau hantaran kepada pihak pria. “Tergantung kondisi ekonomi, kalau dari keluarga biasa-bisa saja ya cukup pakaian dan cincin,” kata Lusinah, Keluarga Rahmad yang saat itu menerima kunjungan.
Dan setelah prosesi pelamaran dari pihak perempuan, selanjutnya pihak pria membalas lamaran pihak perempuan dengan kunjungan sembari memberikan jawaban, tak hanya itu pihak pria juga memberikan mahar yang lebih besar ketika pernikahan digelar. Mahar tersebut ditujukan sebagai bentuk penghargaan atau apresiasi terhadap perempuan.
Asal mula dari tradisi Jaipuk berawal dari zaman kerajaan terdahulu, yakni kisah anak raja Tumenggung Lamongan Panji Puspokusumo yang kala itu menguasai Lamongan pada tahun 1640-1655. Raja Panji Puspokusumo memilik dua anak laki-laki yang memiliki tingkat ketampanan di atas rata rata, yakni Raden Panji Laras dan Raden Panji Liris.
Ketampanan dari Raden Panji Laras dan Raden Panji Liris Berhasil memikat beberapa putri kerajaan. Salah satunya adalah 2 putri kerajaan Kediri. Lantas keduanya pun menyegarakan niatannya untuk melamar Panji Laras dan Liris.
Dengan adanya kisah cinta itu, masyarakat pesisir Lamongan pun mulai mempercayai bahkan melestarikan tradisi tersebut. Namun tradisi Japuik tidak dilakukan di semua daerah yang ada di Kota Lamongan. Tetapi hanya terjadi di beberapa daerah pesisir pantai utara saja. Selain di Lamongan, tradisi ini juga dianut oleh sebagian masyarakat Tuban. (muk/snm)