Surabaya, Jurnal9.tv – Nahdlatul Ulama lahir pada tanggal 16 Rajab 1344 H. Berdasarkan keputusan Muktamar ke-32 NU di Makasar, menyatakan bahwa peringatan hari lahir Nahdlatul Ulama adalah mendasarkan pada tahun hijriyah. Artinya pada 16 Rajab 1444 H atau 7 Februari tahun 2023 ini, usia Nahdlatul Ulama adalah 100 tahun (1 Abad). Berkenaan dengan itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan menyelenggarakan puncak resepsi 1 Abad Hari Lahir NU pada tanggal 7 Februari 2023 di Sidoarjo.
Sebuah perhelatan acara, biasanya banyak faktor dan kondisi menjadi pertimbangan. Bagi masyarakat Jawa, perimbangan weton (hari dan pasaran) adalah faktor penting. Orang Jawa, meski sudah hidup di jaman modern, masih memperhatikan kebiasaan atau adat dalam mencari waktu (hari) untuk melaksanakan sebuah acara. Apalagi, acara tersebut adalah acara besar. Jika mengikuti tradisi berbasis weton, maka pelaksanaan puncak resepsi 1 Abad NU pada tanggal 16 Rajab 1444 H atau 7 Februari 2023 tersebut ternyata mengandung pesan khusus. Apa pesan khusus itu?
Tanggal 7 Februari 2023 (yang bertepatan dengan 16 Rajab 1444 H) jatuh pada hari Selasa Wage. Neptu hari tersebut adalah 7 (Selasa=3, Wage=4). Angka 7 sudah dipahami oleh masyarakat Jawa umumnya adalah sebagai simbol pertolongan Allah SWT. Pemilihan hari puncak resepsi 1 Abad NU tersebut, termasuk hari yang mendapat pertolongan Allah SWT. Angka 7, dalam bahasa Jawa adalah Pitu, Pitulungan (pertolongan). Allah anugerahkan pertolongan pada NU di usianya 1 Abad, yakni pada hari Selasa Wage. Memasuki usia dua abad, Allah memberi bekal pertolongan.

Simbol angka 7, pitulungan (pertolongan) tersebut ternyata tidak hanya pada harinya. Tanggal 16, jika dijumlah adalah 7 (1+6=7). Dua unsur, yakni hari dan tanggal mengandung unsur angka 7. Apakah ada lagi? Ternyata masih ada lagi. Tahun 1444 H saat ini adalah termasuk tahun Ehe dan bulannya Rajab. Neptu tahun Ehe adalah 5 dan neptu bulan Rajab adalah 2, bulan dan tahun jika dijumlah adalah 7 (5+2=7). Lagi-lagi simbol pertolongan yang muncul. Berarti ada tiga angka 7 yang muncul dalam 16 Rajab 1444 H.
Bagaimana dengan tahun 1444 H? Jika dijumlah tidak angka 7, tetapi 13. Apakah ini simbol sial? Tentu membacanya tidak seperti itu. Kalender Hijriyah perlu dibaca dengan konsep “abajadun hawazun”. Angka 13 nilai hisab abajadunnya dari asma Allah Al Ahad, berarti Yang Maha Esa. Jumlah ini menguatkan bahwa semua pertolongan yang didapat adalah pertolongan Allah SWT. Dzat Yang Maha Esa.
Simbol-simbol ini bisa menjadi pelajaran buat kita semua, bahwa Allah dalam membuat dan menentukan hari tidaklah pernah sia-sia. Manusia dituntut untuk mencari hikmah dan pelajaran dari itu semua. Semoga Allah SWT selalu memberi pertolongan kepada Jam’iyah dan Jama’ah Nahdlatul Ulama memasuki abad kedua.
Penulis: Moch Sururi