Bali, jurnal9.tv -We Care for Humanity (WCH) Royal Summit ke-8 resmi dibuka di Denpasar, Bali. Forum internasional ini mempertemukan para bangsawan dan tokoh kemanusiaan dari berbagai negara untuk memperkuat diplomasi kemanusiaan global.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Acara bergengsi itu dibuka oleh Ketua Panitia Regional Bali, (Purn) Dr. I Nyoman Trisantosa. Dalam sambutannya, Trisantosa menegaskan pentingnya kolaborasi lintas bangsa untuk kemanusiaan.

“WCH ini membuktikan kemanusiaan masih menyatukan melampaui batas, melampaui gelar, dan melampaui perbedaan. Konferensi ini juga pengingat bersama memiliki satu tanggung jawab untuk peduli pada sesama,” ujar Trisantosa di hadapan para delegasi pada rabu (12/11).

Trisantosa menegaskan, Bali dipilih bukan hanya karena keindahan alam, tetapi nilai kemanusiaan dan toleransi yang menjadi identitas masyarakatnya. Forum ini juga membahas berbagai isu global seperti pemberdayaan anak dan kesetaraan gender.

Sementara itu, Queen Maharlika Maha Putri dari Kesultanan Luzon Magindanaw sekaligus President WCH, HRH Maria Amor Torres, berharap langkah forum ini membawa manfaat nyata.

“Kami berharap pertemuan ini dapat memberikan dampak positif, khususnya bagi anak-anak yang sedang berjuang melawan penyakit,” kata HRH Maria Amor Torres dalam pidatonya.

Acara yang berlangsung selama tiga hari itu juga dihadiri tokoh budaya Indonesia, KMA Wahyuni Gayatri Ningtyas. Dia tampil dengan busana adat yang memperkenalkan nilai-nilai luhur budaya Indonesia kepada delegasi dunia.

Pembukaan acara turut dimeriahkan pertunjukan tari tradisional Bali yang menggambarkan keharmonisan manusia dan alam. Tarian ini menjadi simbol dari pesan perdamaian yang ingin disampaikan melalui konferensi internasional ini.

Dengan dukungan penuh dari berbagai institusi kemanusiaan global, WCH Royal Summit ke-8 menegaskan peran Indonesia di panggung dunia. Forum ini diharapkan dapat menghasilkan solusi nyata untuk berbagai permasalahan kemanusiaan yang dihadapi dunia saat ini.

Pertemuan ini merupakan kelanjutan dari tujuh rangkaian konferensi sebelumnya yang diselenggarakan di berbagai negara. Bali dipilih sebagai tuan rumah karena dianggap mampu memberikan inspirasi melalui nilai-nilai kearifan lokal yang dijunjung tinggi masyarakatnya.