Sekolah TK Rusak, Bangunan Ambruk Tanpa Ada Perhatian dari Pemerintah

Sidoarjo, Jurnal9.tv – Bangunan sekolah taman kanak-kanak Dharma Wanita Persatuan, yang berada di desa Watesari kecamatan Balongbendo kabupaten Sidoarjo. Nampak bagian depan bangunan ambruk sudah rata dengan tanah, dan ruang kelas tak layak dijadikan tempat untuk proses belajar siswa.

 Dari kondisi ini, puluhan siswa TK di pinggiran kota Sidoarjo ini terpaksa mengikuti proses belajar mengajar dan bermain di sebuah bangunan pujasera, yang jarak tempuh dari lokasi sekolah asal sekitar 500 meter. Sejumlah ruangan bangunan pujasera milik pemerintah desa setempat, terpaksa harus disulap menjadi ruang kelas seperti ruang kelas sekolah pada umumnya.

 Ironisnya, meski kondisi ini sudah berlangsung sekitar 1,5 tahun, namun sekolah ini tak kunjung diperbaiki, meski sudah berulang kali mengajukan perbaikan ke pemerintah kabupaten Sidoarjo. Padahal, sekolah TK ini menjadi sekolah utama bagi anak-anak di desa tersebut untuk bersekolah dan bermain, sebelum naik ke tingkat sekolah dasar.

 Karena kondisi bangunan pujasera yang digunakan sebagai ruang kelas ini terbuka, sejumlah guru dan orang tua siswa khawatir. Mereka berharap ada perhatian dari pihak terkait untuk segera melakukan renovasi dan perbaikan ruang kelas yang ambruk dan rusak parah.

“Rusak mas gedungnya. Bangunannya lama. Takutnya kalau belajar kejatuhan genteng. Kalau bisa ya diperbaiki,” jelas Sari & Lina, orangtua siswa.

“Ini sudah hampir satu tahun setengah di sini, tapi belum ada realisasi. Saya mohon pihak berwenang bisa segera memberi bantuan perbaikan. Karena anak anak di tempat yang ini keluar-keluar. Bu gurunya terbatas, “ jelas Siti Khoiriyah, Kepala Sekolah TK Dharma Wanita.

 Selain kondisi bangunan yang sudah tak layak dijadikan tempat belajar mengajar, TK Dharma Wanita Watesari sudah rapuh dimakan usia. Bahkan bagian atap genteng sudah melengkung dan plafon berlubang seperti mau ambruk.

 Pihak desa Watesari sudah mengajukan bantuan, namun hingga kini juga tak kunjung datang.

 “1971, sudah 52 tahun. Bangunannya rapuh, temboknya tidak ada penyangga beton. Akhirnya roboh perkiraan bulan Januari 2023 pas malam hari. Harapan saya bisa cepet-cepet direnovasi,” harap Arofik, Kepala Desa Watesari. (rhk/snm)