Ruwat Dusun Ricuh, Ribuan Warga Berebut Tumpeng Hasil Bumi

Sidoarjo, Jurnal9.tv – Ribuan warga ricuh saat berebut berbagai tumpeng hasil bumi dalam gelaran ruwat dusun Beciro desa Jumputrejo kecamatan Sukodono kabupaten Sidoarjo, Sabtu (25/02/23) sore.

Kericuhan itu terjadi ketika sejumlah tumpeng hasil bumi berhenti di garis finis yang ditentunkan oleh panitia ruwat tepatnya di area makam mbah kramat dusun setempat. Diduga ribuan warga dari desa ini tak sabar ingin memperoleh berbagai macam tumpeng mulai sayuran, makanan, jajanan dan buah-buahan.

Mereka berebut tumpeng berukuran raksasa dari 11 RT,3 RW dusun Beciro dengan menerobos penjaga, kemudian berdesakan, bersenggolan, berteriak histeris hingga berjatuhan. Namun, Ribuan warga yang didominasi anak-anak, orang dewasa hingga orang tua ini tetap antusias demi mendapatkan sebuah keberkahan dalam ruwat dusun itu.

Dalam hitungan menit, berbagai tumpeng hasil bumi itu ludes diserbu warga tak tersisa, hanya menyisahkan kerangka bambu tumpeng. Warga yang mendapatkan hasil bumi mempercayai bisa memperoleh berkah untuk keperluan memasak di dapur.

Sebelumnya berbagai tumpeng hasil bumi itu diarak keliling dusun setempat sambil berpawai budaya nusantara dengan menggunakan berbagai baju adat. Mereka  berjalan kaki menuju makam Mbah Kramat dengan jarak tempuh kurang lebih 2 kilo meter dengan menampilkan kesenian yang dimiliki di sejumlah daerah di Indonesia di antaranya kesenian Ogo-Ogo Bali, Jaranan, Kuda Lumping hingga seni Naga Raksasa.

Adapula warga yang berpenampilan Leak, Pewayangan, Penjaga Kerjaaan, Paranormal ,Seniman, Petani, dan lain sebagainya. Mereka bersatu dalam upaya melestarikan budaya Nusantara yang dimiliki para leluhur terdahulu.

Salah satu warga mengaku sengaja ikut pawai budaya dengan menampilkan seni Ogo-Ogo Bima terilit ular raksasa sebagai filosofinya sedang berperang untuk membangun desa. Sedangkan pembuatannya telah menghabiskan anggaran kurang lebih 5 juta rupiah dari dana swadaya masyarakat.

“Saya membuat Ogo-Ogo Bima raksasa ini membutuhkan waktu yang cukup lama karena tidak berfokus setiap hari. Terhalang pekerjaan dan jadi kurang lebih ya sekiyar 1 bulanan jadi seandainya fokus,” tegas Yudianto pembuat seni Ogo-Ogo Bima raksasa.

Tradisi ruwat dusun itu sudah dilakukan setiap tahunnya untuk memperingati para leluhur yang telah mendirikan desa dengan cara bersedekah adat tradisional. Sedangkan untuk tumpeng hasil bumi raksasa merupakan wujud syukur warga karena telah dilimpahkan rezekinya dalam bertani maupun berwirausaha.

“Acara ini bisa setiap tahun berlansung dan pastinya meriah selalu sukses,” tegas Eka Santi Mulyani.

Selain pawai budaya, ruwat dusun Beciro itu juga digelar berbagai macam kegiatan mulai istighotsah, khotmil Quran, kenduri masal dan pagelaran wayang kulit. (rhk/snm)