Surabaya, jurnal9.tv -Duka mendalam masih menyelimuti dunia pesantren setelah musibah menimpa Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo. Namun di tengah kesedihan itu, muncul pesan penuh hikmah dari Wakil Ketua Umum Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI), Prof. Dr. Mohammad Baharun, SH., MA, yang mengajak masyarakat melihat peristiwa ini dengan kacamata iman.
“Inna lillahi wa inna ilayhi raji’un. Saya menyampaikan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya kepada para syuhada, para santri Al Khoziny,” ujar Prof. Baharun, senin (6/10).
Ia menyebut para santri yang wafat saat sedang beribadah di mushola sebagai insan pilihan yang berpulang dalam keadaan terbaik.
“Kalau kita lihat, anak-anak kita meninggal di pondok dalam keadaan shalat, di dalam masjid. Sudah jelas bahwa mereka wafat dalam husnul khatimah,” tuturnya.
Menurutnya, tidak semua orang bisa mendapat anugerah seperti itu. “Bayangkan, banyak orang yang ingin wafat di masjid atau dalam keadaan shalat, tapi Allah tidak menakdirkan. Ada yang meninggal di jalan, di rumah, atau di rumah sakit. Tapi para santri ini dipanggil Allah dalam keadaan beribadah. Ini kematian yang indah, husnul khatimah,” imbuhnya.
Prof. Baharun menegaskan bahwa setiap musibah terjadi atas ketetapan Allah SWT, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an. “Tidak akan terjadi musibah kecuali dengan izin Allah. Tidak ada kekuatan apa pun yang bisa mengubah takdir-Nya. Allah sendiri yang tahu rahasianya,” katanya.
Ia pun mengingatkan agar peristiwa ini tidak membuat orang tua ragu mengirimkan anaknya ke pondok pesantren. “Jangan sampai musibah ini membuat orang tua surut menyekolahkan anaknya di pondok. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan alternatif yang membangun moral, jasmani, dan rohani masyarakat,” tegasnya.
Menurutnya, pesantren telah terbukti mencetak sumber daya manusia yang sehat lahir batin. “Di luar pondok, saya tidak bisa menjamin pendidikan mampu mengawal anak-anak kita menjadi anak yang saleh dan salehah,” ujarnya.
Menutup pesannya, Prof. Baharun mengajak seluruh pihak menjadikan peristiwa ini sebagai pelajaran untuk memperkuat perhatian terhadap keamanan dan fasilitas di lembaga pendidikan.
“Biarkan musibah ini berlalu, tapi hikmahnya harus kita petik — agar kita lebih berhati-hati, lebih baik dalam membimbing, serta menyediakan sarana dan prasarana yang lebih layak bagi anak-anak kita,” tandasnya.