Investor saham perusahaan sawit di Indonesia sedang berpesta pora karena semua emiten yang bergerak di bidang sawit sedang mengalami kenaikan atau bullish. Pertumbuhan laba yang solid menjadi katalis positif bagi kenaikan harga saham perusahaan sawit, setelah harga minyak sawit mentah dunia atau Crude Palm Oil (CPO) mengalami mengalami kenaikan dari 3.822,4 ringgit Malaysia per ton atau MYR/T menjadi MYR 4.460,0 per ton.
Saham PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG) terbang 90% dari Rp775 di 9 April 2025 menjadi 1.475 pada tanggal 14 Agustus 2025. Keuangan perusahaan publik ini tumbuh dari revenue Rp4 triliun dengan net income Rp967 di semester 1 2024 menjadi revenue sebesar Rp5,4 Triliun dan net income Rp1,6 triliun.
Perusahaan PT Astra Agro Lestari Tbk dengan kode saham AALI mengalami kenaikan 28% dari Rp5.600 tanggal 7 Juli 2025 menjadi Rp7.175 di tanggal 14 Agustus 2025. Dari sisi fundamental, perusahaan grup Astra ini berhasil mencetak pendapatan atau revenue sebesar Rp14,4 triliun sehingga laba bersih (net income) yang dihasilkan mencapai Rp702 miliar di semester 1 tahun 2025, padahal di semester 1 tahun 2024 hanya merilis revenue sebesar Rp10.3 triliun dengan net income Rp502 miliar.
Emiten PT Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMAR) naik 28% dari Rp3.300 di 20 Juni 2025 menjadi Rp4.200 di 14 Agustus 2025. Secara keuangan, saham Sinasmas Group ini menghasilkan revenue Rp43,2 triliun sehingga membukukan net income Rp825 miliar di semester awal 2025, padahal di semester 1 tahun 2024 hanya menghasilkan revenue Rp35,8 triliun dengan net income Rp423 miliar.
Saham PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) terbang 88% dari Rp346 menjadi Rp650 sejak 4 bulan terakhir. Secara fundamental, perusahaan yang tergabung dalam Salim Group ini mencetak revenue Rp9,3 triliun di semester 1 2025 sehingga membukukan net income Rp856 miliar, padahal di semester 1 tahun sebelumnya hanya menghasilkan revenue Rp7 triliun dan net income Rp529 miliar.
Saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) naik 45% dari Rp945 menjadi Rp1.370 sejak 5 bulan terakhir. Perusahaan sawit yang juga menanam karet, kakao dan teh tersebut menghasilkan revenue Rp2,2 triliun dan net income Rp715 miliar di semester 1 2025, kinerja keuangan ini lebih solid dibanding tahun sebelumnya yang menghasilkan revenue Rp18 triliun dan net income Rp590.
Di masa yang akan datang, prospek perusahaan sawit di Indonesia dinilai akan cerah karena baru-baru ini Uni Eropa mengakui sawit Indonesia sebagai sustanaible sources atau sumber daya berkelanjutan. Pengakuan melalui Indonesia European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IU CEPA) tersebut menjadi angin segar bagi para investor sehingga semakin optimis terhadap masa depan perusahaan sawit Indonesia karena berpotensi melipatgandakan ekspor sawit dan produk turunannya.
Selama ini, sawit Indonesia dicurigai merupakan hasil dari perusakan hutan (deforestasi) sehingga sebelumnya, Indonesia dan Malaysia yang menyumbang sekitar 85% ekspor minyak sawit dunia, menilai Uni Eropa menerapkan Kebijakan yang diskriminatif terhadap produksi minyak kelapa sawit RI dan Malaysia.
*disclaimer: tulisan ini untuk edukasi, bukan ajakan menjual ataupun membeli saham, sehingga resiko atas keputusan investasi harus ditanggung sendiri.