Home ยป Wisata Setigi Sekapuk, Desa Miliarder di antara Halim Sentris dan Kesenjangan Sosial.
PEMERINTAHAN & POLITIK PERISTIWA

Wisata Setigi Sekapuk, Desa Miliarder di antara Halim Sentris dan Kesenjangan Sosial.

Gresik, Jurnal9.tv – Siapa yang tidak kenal Wisata Selo Tirto Giri (Setigi) di desa Sekapuk, kecamatan Ujungpangkah, kabupaten Gresik. Wisata Setigi Gresik merupakan destinasi wisata yang menyajikan konsep perpaduan antara keindahan alam dan bangunan yang bisa menjadi spot foto yang Instragramable.

Awalnya wisata setigi adalah tempat warga untuk membuang sampah mulai dari tahun 2003 sampai ke tahun 2017. Kemudian pada tahun 2018 warga desa Sekapuk mulai kompak mengolah tempat itu untuk dijadikan Wisata.

Peran serta warga yang kompak tidak lepas dari sosok pemuda yang menahkodai bangkitnya desa Sekapuk dari keterpurukan. Dia adalah Abdul Halim, tokoh pemuda Desa Sekapuk yang dipercaya warga sebagai kepala desa sejak akhir 2017 lalu.

Kepala desa nyentrik berambut gondrong dan berjenggot panjang itu harus menggunakan resep gila (gagasan, ide, langsung, aksi) untuk mengubah wajah desa tempat kelahirannya itu hingga menjadi seperti sekarang.

Desa Sekapuk awalnya masuk kategori desa tertinggal dengan kesenjangan sosialnya yang tinggi, kumuh serta rawan konflik sosial. Namun, Abdul Halim sukses mengubah pola pikir warga sehingga memanfaatkan potensi yang ada dan bisa dikembangkan.

Setelah sukses membangun beberapa spot foto yang bisa menjadi daya tarik ribuan wisatawan setiap harinya. Abdul Halim sempat membuat patung berwajah mirip dirinya dalam area wisata untuk memperluas cakupan destinasi wisata. Patung tersebut sangat kental dengan karakter, warna, dan wajah Abdul Halim sebagai wisata Out Of The Box.

Saat ini, Halim juga tengah melengkapi kebutuhan wisatawan dengan membangun Gedung Graha Halim sebagai fasilitas penginapan. Pembangunan Graha Halim ini rencananya menggunakan pendapatan asli desa (PADes) secara multy years dengan estimasi anggaran sebesar Rp2,5 miliar.

Dalam lanjutan pembangunan semata rantai dan satu kawasan wisata itu, Kades Halim juga merencanakan pembangunan akses jalan untuk wisata dengan anggaran Rp 7,5 miliar. Terkait sistem penganggaran pembangunan Graha Halim dan akses jalan, Halim tidak ambil pusing karena baginya yang terpenting membangun.

“Terserah yang bilang, saya hanya bisa bagaimana bermanfaat kepada orang banyak,”ungkap Halim singkat.

Keberhasilan Halim dalam membangun Sekapuk mulai memunculkan kesan ‘Halim Sentris’. Salah satunya patung yang diberi nama ‘Ki Begawan Setigi Abdul Halim’ dengan tinggi dua meter yang merupakan personifikasi seorang Abdul Halim. Patung yang berambut gondrong, berkuncir, berkumis dan berjenggot ini sangat khas dengan postur dan wajah Kades Abdul Halim.

Patung itu dibangun menghadap arah matahari terbenam dengan membelakangi arah gerbang masuk di wisata dengan maksud menaruh harapan untuk seorang pemimpin yang harus visioner. Tentu yang melihat wisata Setigi ini sebagai Halim Sentris dikatakan wajar sebagaian orang yang melihat proses. Sebab wisata ini memang murni hasil pemikiran dan kocekan tangan dingin Sang Kades Halim.

Namun, tidak sedikit warga desa Sekapuk yang mengkritiknya secara diam-diam. Sebab, warga merasa takut karena kuatnya dominasi Halim sebagai penguasa desa dan wisata Setigi. Pun sampai hari ini masih banyak warga Sekapuk yang menyayangkan keberadaan patung, sedangkan sosok Abdul Halim sendiri masih hidup dan aktif menjabat Kades.

“Seorang kepala desa ini tidak sedang membawa nama diri sendiri tetapi membangun untuk masyarakat desa, untuk bangsa dan negara. Bukan buat pribadi seorang Halim. Tanpa namapun masyarakat tahu bahwa ini berkat tangan dinginnya Pak Halim. Sehingga bakal dikenang bukan karena patung, maknanya pun jadi beda jika Halim Sentris menancap di wisata ini, apalagi kita tahu patung hanya untuk menghargai jasa orang yang sudah meninggal,”ungkap salah satu tokoh muda desa Sekapuk yang enggan disebut namanya.

Para pemuda lain di desa Sekapuk, turut mengkritik bahwa desa Sekapuk dipimpin oleh seorang kepala desa selama enam tahun dalam satu periodenya. Karena itu, kemungkinan pergantian kepemimpinan sudah menjadi hal yang pasti dalam setiap pemilihan kepala desa. Menurutnya, ia sangat menyayangkan jika periode yang akan datang tidak lagi dijabat Abdul Halim, sementara kepala desa yang baru tidak ingin ada simbol-simbol ‘Halim Sentris’.

“Jika suatu saat berganti pemimpin, bagaimana dengan nasib simbol-simbol ‘Halim Sentris’ yang terlanjur tertancap di wisata Setigi? Karena setiap pemimpin punya sudut pandang dan pemikirannya sendiri dalam membangun desa,”bebernya.

Selain itu, tokoh muda ini menambahkan, pembangunan gedung Graha Halim juga bakal menimbulkan persoalan baru nantinya. Menurut dia, persoalan tersebut bukan pada sarana dan prasarana gedungnya. Melainkan pemberian nama graha yang seharusnya menjadi representasi masyarakat desa Sekapuk, bukan unsur individualnya.

“Iya kalau Kades penggantinya nanti legowo (menerima) dan tidak membongkar patung maupun bangunan lain yang ada unsur nama Halimnya, ya tidak menjadi masalah. Tapi kalau tidak legowo dan ingin dibongkar, maka nantinya akan berpotensi konflik orang-orang Kades lama dengan Kades baru. Sebab, tidak ada jaminan jika patung dan Graha itu tidak dibongkar oleh kompetitornya Halim,”terangnya.

Tidak hanya soal ‘Halim Sentris’, aroma kesenjangan sosial di desa yang berjuluk ‘Desa Miliarder’ itu juga mulai tercium di tengah-tengah masyarakat. Banyak masyarakat yang ekonomi keluarganya mulai membaik, meski tidak sedikit juga yang nasibnya tidak berubah sejak hadirnya wisata Setigi. Warga juga mempertanyakan soal kepemilikian lahan wisata dan dana awal untuk pembangunan Wisata Setigi.

“Sekapuk itu desa. Bukan sekumpulan keluarga sedarah yang bisa dibuat mudah untuk diatur seperti tukang parkir mengarahkan dan menata sepeda. Ini yang kami pikirkan. Kami sampai hari ini hanya mengamati dan pemerhati saja. Sambil berfikir memecahkan masalah kesenjangan sosial ini, jangan sampai hal terburuk kedepan terjadi. Lahan yang digunakan untuk wisata juga harus jelas dan transparan, agar warga mengetahui asal muasal lahan dan dana yang digunakan untuk membangun,”tandas salah seorang warga yang enggan disebutkan juga namanya.

Meski demikian, warga Sekapuk harus bangga memiliki wisata Setigi yang mampu mendongkak PADes. Bahkan sejak wisata Setigi viral, desa Sekapuk menjadi desa yang tidak lagi dianggap enteng (ringan) seperti ‘Kapuk’. Desa Sekapuk dinobatkan sebagai desa miliarder karena memiliki PADes miliaran rupiah dari hasil wisata Setigi besutan Abdul Halim. Bahkan ungkap dia, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa saat berkunjung ke Setigi beberapa tahun yang lalu pernah menyampaikan konsep wisata Setigi adalah ‘out of the box’ (tidak umum).

“Iya memang tidak umum. Sebab wisata ini meskipun yang babat alas (mengawali) seorang Halim yang mengemban amanah masyarakat sebagai kepala desa. Namun, kritik dan saran masyarakat tentu harus didengar sebagai bahan pertimbangan pemangku kepentingan desa Sekapuk khususnya wisata Setigi yang sudah menasional dan menjadikan desa dulu masuk kategori desa tertinggal,”tutupnya. (apw/snm)