Home ยป Tiga Melek bagi Generasi Muda Hadapi Indonesia Emas 2045
PERISTIWA

Tiga Melek bagi Generasi Muda Hadapi Indonesia Emas 2045

Bojonegoro, jurnal9.tv -Kurangnya pemahaman dalam melihat perbedaan antarsesama manusia, ditopang banyaknya penyebaran isu-isu kebencian di media sosial, menjadi penyebab kentalnya sikap intoleransi di masyarakat.

Hal itu diperparah dengan rendahnya pengetahuan keberagaman, serta mengedepankan norma agama tanpa melibatkan norma sosial.

Dalam kenyataan di masyarakat, intoleransi tampak dari adanya kecenderungan sikap sekelompok orang, dengan karakter tidak menghargai pendapat dan keyakinan orang lain, membatasi interaksi dengan individu lain dan menutup diri dari kehidupan sosial.

Hal itu terungkap dalam kegiatan “Sosialisasi Bahaya Intoleransi, Radikalisme dan Narkoba bagi Generasi Muda”, digelar di Bakorwil Bojonegoro, Rabu 4 Oktober 2023, diikuti lebih dari seratus siswa SMA/SMA dan organisasi pemuda, atas kerja sama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) dan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Provinsi Jawa Timur.

Pada kesempatan dihadiri Kepala Bakorwil Bojonegoro, Dr. Agung Subagyo, S.STP., M.Si, Ketua FKPT Jatim Prof. Dr. Hj. Hesti Armiwulan S, SH, MHum, CCD, CMC, Kepala Bakesbangpol Provinsi Eddy Supriyanto, S.STP, M.PSDM, Kepala Bakesbangpol Kab Bojonegoro Mamudi SSos MM, dengan nara sumber Dr. Freddy Poernomo SH MH (anggota Komisi A DPRD Jatim).

Selain itu, narasumber dari pakar masalah narkoba M. Arifin MAg (Kabid Agama, Sosial Budaya FKPT Jatim), Prof. Dr. Hj. Husniyatus Salamah Zainiyati, MAg (Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya), dengan moderator Agus Imantoro, SE, SSos, MM. (Sekretaris FKPT Jatim).

Hadir juga Dra Hj Faridatul Hanum, MKomI (Kabid Perempuan dan Anak FKPT Jatim), Kabid Pengkajian & Penelitian: AKBP (Purn.) Bambang Agus Sangsono, SH, MM, dan Riadi Ngasiran (Kabid Media Hukum dan Humas FKPT Jatim).

“Intoleransi dapat diartikan sebagai rasa tidak tenggang rasa atau kebalikan dari kata toleransi yakni (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri,” tutur Eddy Supriyanto.

Tiga Melek bagi Generasi Muda

Hesti Armiwulan dalam sambutan menegaskan pentingnya tiga melek: melek politik, melek kemasyarakat dan sejarah, serta terpenting dalam mengakrabi media sosial dengan pentingnya melek media.

Semua itu merupakan kesadaran yang perlu tertanam bagi generasi muda dalam menghadapi Indonesia Emas 2045.

“Kami mentitipkan kepada adik-adik generasi muda untuk tetap memperjuangkan kejayaan negeri in,” tutur Hesti.

Hesti yang mantan aktivis Komnas HAM mengingatkan pentingnya menumbuhkan kepedulian, kepekaan dan pencegahan di lingkungan sekitar dari pengaruh radikalisme dan ancaman terorisme.

Selain itu, memberikan penguatan wawasan kebangsaan dan pemikiran keagamaan yang inklusif.

Hesti Armiwulan menekankan pentingnya melek media bagi masyarakat secara luas. Dengan melakukan media literasi & digital literasi agar memiliki pemahaman yang moderat dan inklusif.

“Melakukan pengawasan dan pendampingan dalam penggunaan internet. Mencermati materi ajar/perkuliahan dan melaporkan apabila ada materi yang tidak sesuai
dengan semangat ke-Indonesia-an
Monitoring /waspada penyebaran aplikasi radikalisme di dunia maya,” tutur Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Surabaya (Ubaya) Surabaya.

Hal itu sebagai bagian upaya untuk melakukan deteksi dini dengan memberdayakan seluruh komponen masyarakat, untuk mencegah penyebaran paham radikal melalui kegiatan/pengajian yang eksklusif.

Dalam upaya pencegahan Tindak Pidana Terorisme. Diingatkan Hesti, pemerintah melakukan langkah antisipasi secara terus menerus yang dilandasi dengan prinsip pelindungan hak asasi manusia dan prinsip kehati-hatian.

“Kesiapsiagaan nasional merupakan suatu kondisi siap siaga untuk mengantisipasi terjadinya tindak pidana terorisme melalui proses yang terencana, terpadu, sistematis, dan berkesinambungan,” tuturnya.

Kesiapsiagaan nasional dimaksud, menurutnya, adalah dengan pelbagai ikhtiar dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat, peningkatan kemampuan aparatur, pelindungan dan peningkatan sarana prasarana, pengembangan kajian terorisme, serta pemetaan wilayah rawan paham radikal terorisme.

Persiapan Masa Depan

Dalam menghadapi Indonesia Emas 2045, Kepala Bakorwil Bojonegoro, Dr. Agung Subagyo, S.STP., M.Si, mengingatkan tidak bisa dibiarkan berjalan seadanya. Melainkan perlu untuk dipersiapan sebaik-baiknya.

“Generasi muda perlu dipersiapkan menjadi kader-kader pemimpin bangsa guna memegang estafet kepemimpinan di negara kita di masa depan,” tuturnya.

“Di tengah-tengah kemudahan kita dengan teknologi informasi, ada sisi positif dan negatif. Adanya informasi bohong di media sosial harus disikapi dengan baik dengan kemampuan melek media,” tuturnya. (*)