Home » Seniman dan Budayawan Lakukan Ruwatan untuk Menjaga Keseimbangan Energi Nusantara
PERISTIWA

Seniman dan Budayawan Lakukan Ruwatan untuk Menjaga Keseimbangan Energi Nusantara

Purwakarta, jurnal9.tv -Putaran ketiga Daulat Budaya Nusantara akhirnya digelar di Purwakarta Jawa Barat, pada hari Selasa malam 14 November 2023, tepatnya di daerah wisata Giri Tirta Kahuripan, Desa Wanayasa. Ruwatan Nusantara kali ini menampilkan Pagelaran Wayang Golek Semalam Suntuk dengan Lakon Wayang Ruwatan, dan yang menarik adalah pertunjukan dua dalang kondang Ki Sujiwo Tejo bersama Ki Bathara Sena Sunandar Sunarya, putra dari Maestro Wyang Golek Ki Asep Sunadar Sunarya.

Pagelaran Wayang Golek Semalam Suntuk ini juga berkolaborasi dengan para seniman dan budayawan di tatar sunda. Diantaranya ada Kang Budi Dalton, Sisca Gusheng, Man Jasad, Trie Utami, Enang Rokajat Asura, Mayang Krismayanty dan Iman Ulle.

“Ruwatan Nusantara ini adalah sangat penting untuk menyeimbangkan energi, baik energi alam, maupun energi manusianya. Saya sangat senang sekali, malam ini untuk ketiga kalinya Daulat Budaya Nusantara bersama para seniman dan budayawan berkumpul untuk Meruwat sekaligus Merawat Nusantara. Saya mewakili para penampil mengucapkan terima kasih kepada Indika Energi yang mendukung Daulat Budaya Nusantara dan atas nama Indika Energi juga menyampaikan hatur nuhun kepada masyarakat di tatar Sunda. Sampurasun” sambut Teguh Haryono, selaku inisiator Ruwatan Nusantara.

Tak disangka sangka, gerimis sejak sore tidak menyurutkan warga untuk berbondong bondong datang menyaksikan pagelaran Wayang Golek Semalam Suntuk. Mereka penasaran dengan adanya dalang Ki Sujiwo Tejo yang biasa menggelar Wayang Kulit berkolaborasi bersama Ki Bathara Sena Sunandar Sunarya dengan Wayang Goleknya.

“Wayang Golek Wayang Kulit itu mah sama, sama sama kebudayaan nusantara yang wajib dirawat urang sadayana. Ceritanya pun bisa di kolaborasikan bersama dan ditambah penampilan dari para seniman yang pengin melestarikan kebudayaan nusantara. Sok boleh disaksikeun penampilannya Cepot bersama Mah Tejo”, terang Ki Bathara Sunandar Sunarya dalam pembuka pagelaran Wayang Golek Semalam Suntuk.

Lakon Wayang Ruwatan di Purwakarta ini memang unik, tidak hanya dari sisi penampilan para dalang, namun juga penampilan para seniman yang sepenuh hati menyampaikan pesan ruwatan dalam karyanya pada saat di panggung. Mereka memaknai Sadewa yang melakukan perjalanan spiritual menjadi Sudamala dengan banyak sudut pandang ketika meruwat Raksasi Durga kembali menjadi Dewi Umayi.

“Karena nusantara ini sudah kotor, perlu diruwat, dirawat urang sadaya (semua orang)”, tegas Budi Dalton dalam penampilanya di pagelaran. “Orang bilang yang diruwat adalah alam, ternyata yang diruwat adalah manusianya”, sambut Trie Utami yang mewarnai Ruwatan Nusantara dengan suara khasnya. “Nusantara perlu diruwat karena sudah jauh dari kemanusiaan dan keadilan yang diajaran Prabu Siliwangi”, tambah Enang Rokajat Asura yang memberikan makna filosofis kondisi masyarakat. “Nusantara sudah tua, sehingga perlu dibarukan lagi menjadi Newsantara” ujar Man Jasad dengan penuh kegembiraan.

Warga masyarakat yang mendengar makna makna Wayang Ruwatan ini pun bertepuk tangan mengamini apa yang disampaikan para seniman dan budayawan di panggung pagelaran. Tepuk tangah meriah para penonton seperti memberikan pernyataan sepakat atas pesan pesan dari pagelaran Wayang Golek Semalam Suntuk ini. Bahkan, warga bertahan sampai akhir pertunjukan hingga pukul tiga lebih tiga puluh menit. Mereka menunggu foto bersama para seniman dan budayawan yang mengapit dua dalang kondang Ki Sujiwo Tejo dan Ki Bathara Sen Sunandar Sunarya.

Tak lupa, para penonton juga menyalami Pandawa Lima yang menginisiasi Daulat Budaya Nusantara, Teguh Haryono, Sujiwo Tejo, Benny Zakaria Kurniawan, Abdullah Hamid dan Paox Iben Mudhaffar.

“Ruwatan di Pulau Jawa sudah selesai, sekarang kami bergerak kearah Indonesia Timur, awal bulan nanti, tepatnya tanggal 2 Desember 2023 di Alor Nusa Tenggara Timur. Saya mohon doa restu seluruh masyarakat nusantara untuk kelancaran Ruwatan Nusantara ini’, tutup Gus Benny Zakaria.