Home » Konversi Kompor Gas ke Listrik, Lia Istifhama: Perlu Observasi Kesiapan Masyarakat
features PERISTIWA

Konversi Kompor Gas ke Listrik, Lia Istifhama: Perlu Observasi Kesiapan Masyarakat

Surabaya, Jurnal9.tv – Rencana konversi kompor gas ke listrik juga mendapat perhatian dari seorang aktivis sosial yang juga seorang advokat, penulis, motivator, dan penyanyi, Dr. Lia Istifhama, S.Sos.I, S.Sos.,S.H.I., M.E.I.,. Ia mengatakan bahwa kita sebagai masyarakat akan mendukung semua keputusan pemerintah yang niatnya untuk memajukan negeri, tapi tetap harus memerhatikan banyak aspek.


Pertama, kita harus observasi dulu dalam aspek sosial masyarakatnya bagaimana, apakah sudah siap secara mental psikologisnya. Lia mencontohkan, orang yang sudah berkeluarga mungkin lebih bijak dari anak-anak muda dalam hal penggunaan listrik. Kalau anak muda bagaimana apakah bisa lebih bijak? Beberapa tahun lalu pernah ada kebijakan hemat listrik, nah kenapa sekarang malah ada kompor induksi, jadi kita harus lihat apa kebutuhannya.


Kedua ada aspek ekonomi, apakah masyarakat sudah bisa mengikuti kebutuhan atau syarat yang harus dipenuhi ketika menggunakan kompor induksi. Beliau mencontohkan lagi dengan pedagang PKL, apakah pedagang ini bisa menemukan colokan saat berjualan agar bisa memasak, dan waktunya efisien atau tidak. Nah maka dari itu kita harus memerhatikan aspek-aspek tersebut sebagai bentuk observasi.


Kita juga harus mengevaluasi tentang hal ini. Jadikan sebuah kebijakan yang tidak berlaku secara revolusioner, kita harus melihat step by step. Kita juga harus memerhatikan situasi sosialnya juga, dalam artian, masyarakat Surabaya bagaimana, masyarakat Papua bagaimana. Dan yang nggak kalah penting, kita juga harus memerhatikan masyarakat yang penghasilannya kurang mencukupi. Kembali lagi ke masyarakat apakah bisa menggunakan kopor induksi dalam kehidupan sehari-harinya. Jika tinggal di apartemen mungkin cocok untuk menggunakan kompor induksi. Jika masyarakat kalangan menengah ke bawah mungkin masih berifikir dua kali lagi untuk berpindah ke kompor induksi, karena nanti memikirkan biaya untuk beli kompornya, listrik colokan dan lain-lain yang dibutuhkan.


Pengusaha catering pun begitu, mereka harus memikirkan juga untuk membayar litrik, jumlah colokan yang harus digunakan. Mereka harus mampu memenuhi kebutuhan untuk usahanya tersebut.

Lia menyarankan, lebih baik kompor gas tidak dihapuskan, karena tidak semua masyarakat bisa mengikuti kebijakan kompor induksi ini.
“Kompor gas untuk saat ini lebih bisa dijangkau untuk semua masyarakat Indonesia. Jika kita beralih ke kompor induksi maka akan banyak lagi biaya yang akan dikeluarkan, seperti alat-alat pendukung, kompor induksi nya sendiri dan masih banyak biaya lain lagi,” punkas Lia.

Menurutnya, Penundaan konversi kompor gas ke listrik memang sudah seharusnya. Karena pemerintah perlu melakukan kajian lebih mendalam, dan memikirkan nasib masyarakat kalangan bawah. (ells/snm)

Tags