Pasuruan, jurnal9.tv -Anggota DPR RI Komisi VIII, Hj. Dini Rahmania, menerima penghargaan Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif 2025 dari Forum Komunikasi Jurnalis Nahdliyin (FJN).
Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan kiprahnya dalam memperjuangkan kesejahteraan guru madrasah, serta peningkatan mutu pendidikan Islam di Indonesia.
“Saya merasa sangat senang dan tersanjung. Saya masih merasa sebagai anak baru di sini. Namun yang paling penting, saya berharap dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat,” ujar sosok yang akrab disapa Ning Dini, usai menerima penghargaan usai reses Ngobrol Pendidikan Islam (Ngopi), di Pasuruan, Selasa (21/10/2025).
Sebagai anggota Komisi VIII DPR RI yang bermitra dengan Kementerian Agama, Ning Dini menegaskan komitmennya untuk terus mengawal kebijakan di bidang pendidikan Islam. Fokus utamanya adalah memastikan guru madrasah, guru TPK, dan tenaga pengajar di madrasah diniyah serta pesantren memperoleh hak dan kesejahteraan yang setara dengan guru di sekolah umum.
“Kami berharap guru madrasah mendapatkan hak yang setara dengan guru di sekolah umum. Karena mereka sama-sama berjuang mencerdaskan bangsa,” tegasnya.
Dalam masa reses, Ning Dini aktif menyerap aspirasi masyarakat di daerah pemilihannya, di Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, dan Kota Pasuruan. Salah satu persoalan paling mendesak yang disampaikan masyarakat adalah ketimpangan kesejahteraan antara guru madrasah dan guru sekolah negeri.
“Banyak guru madrasah swasta hanya menerima insentif sekitar Rp250 ribu per bulan, bahkan ada yang di bawah itu. Ini sangat memprihatinkan dan tidak sebanding dengan dedikasi mereka,” ungkapnya.
Selain itu, anggota DPR RI Periode 2024–2029 dari Dapil Jawa Timur II (Pasuruan-Probolinggo) itu juga menyoroti lambannya proses pengangkatan guru madrasah menjadi ASN atau P3K di bawah naungan Kementerian Agama.
Menurutnya, kebijakan ini perlu segera dibenahi agar tidak menimbulkan ketimpangan baru di sektor pendidikan.
“Di sekolah umum, pengangkatan P3K berjalan lancar. Tapi di madrasah swasta, prosesnya sering terhambat. Kami akan memperjuangkan agar ini menjadi perhatian serius pemerintah,” ujar politisi muda yang dikenal aktif di kalangan Nahdliyin ini.
Politisi Partai Nasdem itu menilai, madrasah dan lembaga pendidikan Islam memiliki peran penting dalam pembentukan karakter bangsa, namun sering kali luput dari perhatian negara.
Ia menegaskan pentingnya penghargaan dan dukungan finansial yang adil bagi lembaga-lembaga pendidikan nonformal tersebut.
“Madrasah dibangun dengan semangat gotong royong dan keikhlasan. Negara harus hadir untuk memastikan guru-gurunya tidak hanya dihormati secara moral, tetapi juga dihargai secara ekonomi,” ucapnya.
Melalui penghargaan yang diterimanya, Dini berharap semangat dan perjuangannya dapat menginspirasi generasi muda Nahdliyin untuk terus memperjuangkan nilai-nilai keadilan dan kesetaraan dalam pendidikan.
“Saya ingin penghargaan ini menjadi pengingat bahwa perjuangan belum selesai. Guru madrasah, santri, dan lembaga pendidikan Islam harus diperjuangkan agar setara dan sejahtera,” pungkasnya.
Sementara itu Ketua Umum Forkom Jurnalis Nahdliyin (FJN), Muhamad Didi Rosadi, menegaskan bahwa perjuangan yang diusung Dini Rahmania selaras dengan hasil riset terbaru mengenai kesenjangan kesejahteraan guru madrasah.
Berdasarkan data Pusat Riset Pendidikan dan Kebudayaan BRIN (2024), rata-rata pendapatan guru madrasah swasta di Indonesia masih berada di bawah 40% dari standar gaji guru sekolah negeri.
“Data menunjukkan masih ada ketimpangan struktural. Jika negara tidak melakukan intervensi anggaran dan reformasi kebijakan pengangkatan, kualitas pendidikan Islam akan terus tertinggal,” ujarnya.
Diday menambahkan, FJN mendukung langkah-langkah konkret DPR dan Kementerian Agama dalam memperkuat ekosistem pendidikan Islam yang berkeadilan, termasuk pemerataan tunjangan profesi dan digitalisasi data guru madrasah agar kebijakan lebih tepat sasaran.
“Kami mendorong agar isu kesejahteraan guru madrasah tidak hanya dibahas saat momentum politik atau hari besar keagamaan, tetapi menjadi agenda strategis pembangunan nasional,” tegasnya.
Tahun ini, FJN sendiri memberikan apresiasi kepada 16 Tokoh Muda Nahdliyin Inspiratif dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2025. Apresiasi ini merupakan kegiatan rutin FJN sejak berdiri pada 13 Mei 2020.
“Apresiasi ini murni dari kawan-kawan FJN kepada figur Nahdliyin yang rekam jejak dan karyanya bisa menginspirasi generasi muda,” kata Diday.
Diday menambahkan, FJN sebagai perkumpulan jurnalis berbasis Nahdlatul Ulama (NU) mengkhususkan apresiasi ini kepada figur Nahdliyin, baik struktural maupun kultural, sebagai bentuk komitmen dalam mendukung NU.
“Kami ini bagian dari NU, karena itu kami fokus pada figur-figur Nahdliyin. Hal ini sejalan pada misi FJN yang memberi support kepada NU secara lembaga, maupun individunya,” ujarnya.
Kriteria utama dalam menentukan figur yang diapresiasi adalah seorang Nahdliyin yang masuk kategori muda atau penggerak pemuda. Proses penentuan dilakukan secara kolektif dan independen oleh internal FJN.
“Kami juga memegang prinsip independen dan imparsial. Bahkan tidak ada komunikasi yang kami lakukan dengan figur-figur yang menjadi nominator sampai diumumkan,” pungkas Diday.