Surabaya, Jurnal9.tv-Salah satu indikator SDM unggul adalah kiat, parameter kompetensi dasar, kompetensi unggulan yang salah satunya diukur dari derajat skill atau keterampilanm yang diperoleh dari pendidikan. Saat ini, postur demografi ketenagakerjaan Nahdlatul Ulama masih 62% SLTP ke bawah, sehingga output ekonominya belum bisa diharapkan, atau belum bisa mencapai ekonomi berbasis pengetahuan. Tantangan NU saat ini dan ke depan yaitu mencetak SDM unggul yang memiliki skill atau keterampilan, dan mencetak SDM dengan lulusan sains dan teknologi.
“Kalau kita jujur dan terbuka, sekarang ini ada lompatan atau sarjana administrasi yang didata oleh NU sudah mencapai jutaan. Tetapi mayoritas masih fokus pada sosial humaniora dan agama. Padahal kita masih butuh SDM NU yang background-nya adalah sains dan teknologi untuk memajukan bangsa.” Ucap Sekretaris Jenderal PP Ikatan Sarjana NU, M. Kholid Syeirazi.
Untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas, NU membutuhkan SDM yang berkompetensi dan memiliki integrasi dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja. SDM unggul tentu dari sisi kompetensi harus memiliki hal tersebut, tetapi jika berbicara mengenai SDM unggul, secara keseluruhan kita bicara tentang SDM yang sehat dan sejahtera, karena kompetensi harus bisa berpengaruh terhadap produktivitas, dan produktivitas tentu akan berpengaruh terhadap daya saing dan pertumbuhan atau kesejahteraan.
“Sebagai warga nahdliyin, sebagai kader NU, saya sangat bangga terhadap tema Muktamar yang menyentuh soal isu-isu negara, soal bonus demografi, soal era digital, kemudian transformasi teknologi. Hal ini membuktikan, pertama bahwa NU tidak pernah, tidak berkontribusi kepada negara. Sehingga isu-isu negara selalu menjadi diskusi yang menarik, dan menjadi pekerjaan NU juga.” Ujar Wakil Ketua Badan Nasional Sertifikasi Pofesi (BNSP), Miftahul Azis.
Bukan soal perbandingan, mana yang lebih penting, tetapi ketika NU masuk ke dunia industri, hari ini trennya tidak lagi ditanya soal lulusan mana, tetapi anda punya kompetensi apa, karena pendidikan mempunyai peran tersendiri.
Miftahul Azis mengatakan, ia melihat ada tiga hal yang sudah dilakukan NU. Yang pertama adalah NU sudah melakukan berbagai transformasi dalam membangun ekosistem digital. Kedua, NU sudah melakukan transformasi pendidikan, NU yang dulu hanya mengenal pendidikan Ma’arif, saat ini sudah banyak perguruan tinggi yang dikelola oleh NU dan tercatat terdapat 274 perguruan tinggi. Ketiga, ia melihat transformasi NU pada sisi pelatihan. Dan yang keempat adalah NU sudah menyiapkan tentang bagaimana NU membangun satu kolaborasi yang lebih besar.
Dalam membangun SDM, NU harus melihat kebijakan nasional di mana di Nasional ada sistem pengembangan kompetensi nasional. Pertama adalah standar kompetensi, artinya dalam setiap profesi ada standar kompetensinya. Baik nasional, khusus maupun internasional. Kedua adalah pelatihan pendidikan harus mengacu kepada kompetensi seperti pada yang pertama. Ketiga adalah sertifikasi, karena sertifikasi sangat penting. Sebab letak pengakuan orang kompeten terdapat pada sertifikasi tersebut.
Pembahasan seputar SDM tersebut dalam rangka menyambut Muktamar ke-34 NU, dalam program Muktamar Talk Tv9 Nusantara. Atau juga bisa disaksikan via chanel youtube Jurnal9 News.(uwh/snm)