OPINI  

Meneladani Spirit Perjuangan Pahlawan Nasional Perempuan Indonesia

Oleh: Maimunah/ Aktivis Perempuan

Setiap tanggal 10 November, masyarakat Indonesia selalu memperingati sejarah para pahlawan bangsa. Di dalam sejarah, para pahlawan tersebut tidak hanya laki-laki melainkan juga dari golongan wanita di antaranya Dewi Sartika, Nyi Ageng Serang, R.A Kartini, Cut Nyak Dien, Cut Mutia, Laksamana Malahayati, Martha Christina Tiahahu dan masih banyak yang lainnya. Mereka merupakan putri Indonesia yang memiliki budi pekerti dan keberanian yang kuat untuk melawan ketidakadilan, ada yang berjuang di garis depan dengan mengangkat senjata, ada juga yang berjuang melalui pena dan surat-surat menjadi pelopor emansipasi wanita, bahkan ada juga wanita Indonesia yang mendirikan sekolah sebagai bentuk nyata perubahan, adanya gelar yang diberikan merupakan wujud penghargaan atas keberanian untuk pengabdikan diri terhadap bangsa Indonesia.

Para pahlawan dari golongan wanita membuktikan bahwa kaum perempuan tidak cukup menjadi sosok yang pasif dan hanya menunggu keajaiban datang, melainkan harus gigih dan berani untuk bergerak menyempurnakan ikhtiar melakukan perubahan. Semua sifat baik tersebut harus menjadi warisan spirit bagi para generasi wanita Indonesia saat ini.

Di era digitalisasi ini, putri indonesia menjadi citra bangsa yang kaya akan budaya, kecerdasan, keberanian, dan semangat juang yang dimiliki. Tidak hanya itu, kehadiran mereka harus semakin bermanfaat bagi bangsa, tidak hanya sebagai hiasan semata, melainkan menjadi simbol sakral estafet perjuangan. Menjadi pahlawan bukan lagi hanya mengangkat senjata di medan perang, melainkan juga melalui keberanian menyuarakan kebenaran dan ide pembaharuan.

Kekerasan Terhadap Wanita Harus Dilawan

Suara perempuan menjadi suara bagi perempuan lainnya dalam membela hak dan keadilan sebagai warga Indonesia, adanya tindak kekerasan seksual yang dilakukan di luar sana menunjukkan angka mencapai angka ratusan kasus, saat ini yang paling menghawatirkan bagi perempuan adalah kasus kekerasan berbasis media soial yang kian meningkat dan tersebarluaskan. Seharusnya media sebagai alat komunikasi dan tempat bersuara bagi putri indonesia, Justru menjadi medan perang yang berujung penindasan bagi perempuan. Para wanita Indonesia diharapkan mampu bersuara lantang untuk membela korban kekerasan, serta mendorong adanya payung hukum yang pro terhadap perempuan, dan menjadikan suara untuk kebebasan sebagai manusia, sebagaimana semangat kepahlawanan R.A Kartini, Laksamana Malahayati dan wanita Indonesia lainnya dalam membela rakyat tertindas.

Memperjuangkan Keterlibatan Wanita Indonesia

Tidak hanya suara, peranpun perlu ditunjukkan sejelas mungkin posisi dan gerakan nyata sebagai wanita indonesia, sekalipun harus melalui sebuah perjuang yang penuh hambatan dan rintangan dalam mencapai puncak ideal yang sesungguhnya.
Dari sebuah gerakan akan lahir keterwakilan bahwa melalui seorang pemimpin adalah kunci kemajuan bangsa Indonesia. Selayaknya perempuan yang menjadi pahlawan Indonesia bernama Cut Mutia, ia merupakan wanita Indonesia yang menjadi keterwakilan perempuan untuk mampu mengambil peran dan keberanian serta kegigihannya sebagai pemimpin kala itu.

Urgensi Pendidikan Bagi Wanita Indonesia

Pendidikan menjadi tolak ukur keterwakilan dan penguatan peran bagi wanita Indonesia, sejauh mana perempuan mampu bersaing secara potensi, kesiapan untuk menjadi putri Indonesia, luas akan ilmu dan pekerti, serta menjadikan langkah nyata sebagai perempuan Indonesia untuk bergerak ke depan. Dalam kutipan R.A Kartini “gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dunia nenek moyangnya”.

Semangat juang para pahlawan masa lalu dengan hadirnya realitas sosial saat ini terasa sebuah perbedaan yang jauh. Sekalipun saat ini sudah serba ada dan tersedia mulai dari adanya hukum, wadah perempuan dan akses yang diberikan, masih banyak hal yang perlu dihadapi ibarat seperti tembok besar yang menghalanginya:
Karir seperti cermin, Akses untuk mencapai peran masih terdistorsi oleh jeruji yang memberikan batasan peran sosial, terkendala hal yang tidak terlihat berupa stereotip dan bias gender, sehingga perempuan seakan dipasung bahwa perempuan harus terpaksa memilih peran yang tidak adil.

Ancama baru perempuan di dunia digitalisasi. Kecanggihan media bukan hanya melahirkan hal -hal positif, melainkan sudah semakin banyak pengguna yang menimbulkan keresahan bagi pengguna lainnya, bisa ditarik kesimpulan bahwa ruang aman di dunia nyata maupun secara virtual, belum sepenuhnya terjamin dan dapat digaransi sejelas mungkin. Maka dari itu, sebagai putri Indonesia perlu kiranya untuk ikut berperan bagaimana seharusnya ruang yang aman dan nyaman bagi perempuan.
Relevansi peran putri Indonesia saat ini adalah mereka menjadi jembatan konkrit antara mimpi emansipasi dan eksekusi di dunia nyata. Tentu dengan potensi dan kualitas diri sehingga mampu menunjukkkan keberanian dan dari simbol kecantikan menjadi ikon advokasi yang mendunia. Gerakan nyata dan kolaborasi antar elemen sebagai pendukung penegakan keadilan dan pembelaaan terhadap kaum perempuan yang mengalami kekerasan seksual, bergeraknya putri Indonesia saat ini merupakan bentuk perubahan dan amanah warisan para putri Indonesia terdahulu.

Mengubah takdir menjadi aksi

Sebuah takdir yang telah diwariskan bukanlah permainan bagi para pemenang mahkota ataupun gelar resmi yang diberikan negara. Melalui kisah sejarah perjuangan wanita Indonesia, baik yang telah tertuliskan dalam buku sejarah maupun yang masih terpendam, kita harus belajar bahwa kepahlawanan adalah hal yang harus dilakukan setiap saat. Dengan kontribusi yang telah diberikan oleh wanita Indonesia terdahulu, Semua itu menjadi mandat historis sejarah yang selalu dikenang.

Hari pahlawan sebagai pengingat untuk seluruh putra dan putri Indonesia bahwa kepahlawanan adalah pilihan, tidak hanya gelar yang diwariskan. Bagi putri Indonesia garis perjuangan merupakan sebuah pengingat dan panggilan untuk berani bersuara menentang ketidakadilan yang terjadi, menjadi keterwakilan sebagai pendukung bagi perempuan lainnya, menjadi bukti nyata bahwa perempuan tidak selalu lemah dan pasif, bahwa memperjuangkan hak-hak sebagaimana mestinya merupakan sebuah keharusan.
Putri Indonesia perlu adanya kolaborasi sebagai bentuk untuk menunjang terciptanya keadilan yang ramah terhadap perempuan. Di sinilah takdir pahlawan wanita Indonesia terwujud melalui aksi nyata dan media secara masif, sebagaimana warisan para pahlawan terdahulu, dengan menggunakan sebuah kerjasama saling mendukung, menguatkan, dan saling menunjukkan keberanian.

Pada akhirnya menjadi penerus putri Indonesia perlu kiranya untuk berpegang teguh terhadap warisan para pejuang, dengan menjunjung tinggi keadilan bagi perempuan yang tertindas, menjadi keterwakilan untuk menjaga kedaulatan bangsa yang dipertaruhkan, tidak hanya di medan perang, melainkan di ranah kebijakan. Sebagai bentuk perjuangan untuk menerapkan dukung saling mendukung sesama perempuan, sebagai putri Indonesia mari teruslah belajar karna dengan pendidikan mampu mebawa perempuan menjadi putri yang luas akan ilmu dan pekerti. para putri penerus bangsa dengan selayaknya semangat yang dimiliki oleh para putri pahlawan terdahulu.