Surabaya, Jurnal9.tv – Mendidik anak memerlukan kesabaran. Untuk itu orangtua perlu meningkatkan kesabaran dalam mendidik seorang anak. Ketika orang tua mudah tersulut emosi, maka secara tidak langsung emosi tersebut akan tertangkap dalam memori ingatan anak.
Ketika seorang anak melakukan perilaku buruk yang dirasa melampaui batas, orangtua cenderung mudah melampiaskan emosinya secara frontal, hingga berteriak. Padahal memarahi dan meneriaki anak bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Berikut Dampak Psikologis dari Memarahi Anak secara Berlebihan :
- Anak Jadi Pemberontak
Ketika orang tua sering berkomunikasi atau memarahi anak dengan nada tinggi, maka mereka akan merasa nilai diri mereka berkurang. Hubungan yang kurang sehat terhadap anak mengakibatkan emosional anak yang sulit untuk dikendalikan. Dan juga anak akan berusaha mencari pembenaran atau melindungi dirinya agar tidak mendapatkan omelan dari orang tua. Dan lambat laun anak akan tumbuh dengan pribadi yang individualism, keras kepala dan sulit untuk menerima masukan dari orang lain.
- Anak Menjadi Pemarah
Teriakan dan kemarahan orang tua yang berlebihan membuat anak menirukannya kepada orang di sekitarnya.
- Anak Lebih Suka di Luar Rumah
Dampak dari marah yang berlebihan adalah anak cenderung menjadi jenuh dan ingin keluar dari zona tersebut. Dan semakin bertambahnya usia, anak akan lebih suka berada di luar rumah karena ia lebih merasa nyaman dan terhindar dari omelan orang tua.
- Anak menjadi Penakut
Setiap anak pasti akan melakukan kesalahan, bahkan orangtua pun pasti pernah melakukan kesalahan. Namun dalam hal ini setiap kesalahan yang dilakukan oleh seorang anak tidak bisa semerta merta ditegur dengan cara memarahi bahkan membentak. Ketika kedua hal tersebut dilakukan maka anak akan merasakan takut dan terancam. Tak hanya itu seiring bertambahnya umur, anak akan merasa takut untuk melakukan hal hal baru dan dihantui oleh rasa takut salah.
- Anak Menjadi Introvert
Terlalu sering memarahi anak membuat anak lebih tertutup atau introvert. Anak akan lebih memilih diam dan menyendiri. Bahkan takut untuk bersosial. Namun ini tak serta merta menjadi penyebab anak menjadi Introvert.
Vera Itabiliana, Psikolog Anak mengatakan,” Anda bisa marah dengan cukup mengatakan pada anak anda dengan kalimat “Bunda marah, bunda tidak suka kamu begitu”.
Pada hakikatnya memarahi seorang anak tidak bisa dengan nada tinggi bahkan kekerasan. Ada cara marah yang baik, efektif dan tidak melukai hati sang anak. Seperti :
- Ketahui Pemicu Kesalahan Anak
Ketahui hal yang disukai ataupun yan tidak disukai oleh anak. Contoh kasus. Anak tidak mau tidur di jam yang telah ditentukan. Maka orang tua dapat mengalihkan situasi dengan memberitahu anak jika mau tidur, besok orang tua akan memberikan sesuatu yang disukai olehnya.
- Kenali Karakter Anak
Perbedaan gender mempengerahi karakter dari setiap anak. Bahkan orang tua tidak bisa menyamakan karakter dari anak pertama dan anak terakhir. Orang tua harus mengenali karakter dan tingkat temperamen setiap anak. Dengan hal itu orang tua dapat mengatasinya dengan mudah.
- Sampaikan Keinginan Orang tua pada Anak
Anak kecil cenderung tidak suka larangan. Dalam kasus ini orang tua dapat mengganti kata larangan dengan kata kata yang positif. Contoh, “Beny jangan lari!” dibanding menggunakan “jangan” alangkah baiknya orang tua dapat menggantinya dengan Ayah pengen banget Beny duduk yang tenang di samping ayah.
- Ajak Anak Melakukan Kegiatan Bersama
Ketika anak berada di posisi marah dan tidak bisa diganggu, maka orang tua harus memberikan space untuk sendiri. Pastikan orang tua tidak menambah tingkat kemarahan dengan kata yang bersifat mencaci atupun kasar. Karena dengan kata kata tersebut, akan memancing emosi anak dan secara tidak langsung percaya diri anak akan menurun.
Orangtua bisa mulai belajar marah tanpa berteriak, agar tumbuh kembang anak bisa maksimal. (muk/snm)