Jombang, jurnal9.tv -Peserta Pelatihan Moderasi Beragama (PMB) dan Ekoteologi yang diselenggarakan oleh UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung (UIN SATU) bekerjasama Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (PUSPENMA) melaksanakan kunjungan studi lapangan ke Pondok Pesantren (Ponpes) Manbaul Hikam, Jatirejo, Jombang, pada Senin (24/11). Kunjungan ini bertujuan untuk melihat dan belajar langsung praktik baik implementasi moderasi beragama dan ekoteologi di lingkungan pesantren. Rombongan peserta disambut hangat oleh Pengasuh Ponpes Manbaul Hikam, Hj. Ika Maftuchah Mustiqowati, S.Ag., M.Pd. (akrab disapa Ning Ika) bersama Komumitas Lintas Iman.
Peserta terkesan terutama tatkala disambut dengan Ucapan selamat datang oleh tim Tari Saman Mts dan MA Al Hikam dan Wayang Potahe khas Tiongkok. Ponpes ini dikenal memiliki inisiatif keberlanjutan lingkungan yang inspiratif, salah satunya dalam pengelolaan sampah, termasuk produksi pembalut ramah lingkungan oleh santriwati, serta pengembangan produk olahan daun tin, ecobrick, sabun minyak jelantah dan lain-lain.
Kolaborasi Antariman untuk Bumi
Dalam sesi sambutan, Dr. Chobir Siraj selaku koordinator tim Pendamping Pelatihan UIN SATU menyampaikan bahwa Ponpes Manbaul Hikam dipilih sebagai lokasi studi karena konsistensinya dalam mengintegrasikan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin dengan upaya nyata pelestarian alam.
“Ekoteologi tidak hanya berbicara tentang menjaga lingkungan dalam bingkai teologis, tetapi juga mewujudkannya dalam aksi konkret sehari-hari, dan inilah yang akan kita pelajari di Ponpes Manbaul Hikam,” ujar salah satu pendamping.
Acara semakin berwarna dengan adanya testimoni inspiratif dari perwakilan lintas agama yang menjadi peserta pelatihan. Pdt. Diah Nurani dari Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jombang memberikan apresiasi tinggi terhadap keterbukaan pesantren dalam berbagi ilmu dan praktik. Ia menekankan bahwa semangat menjaga bumi (ekologi) merupakan titik temu universal bagi semua ajaran agama, termasuk di ajaran Kristen.
Sementara itu Rohaniwan Khonghucu Nanik Indrawati, semula ia minder karena merasa kecil. Namun, setelah mengenal Ning Ika, kami merasa diterima di komunitas Muslim yang mayoritas. Ia menambahkan, praktik yang dilakukan oleh Ponpes Manbaul Hikam selaras dengan ajaran kebajikan untuk hidup harmonis dengan alam semesta. “Upaya menjaga alam adalah wujud bakti kita kepada Thian (Tuhan Yang Maha Esa) dan leluhur,” tegasnya.
Praktik Nyata Ekoteologi
Hj. Ika Maftuchah Mustiqowati, dalam sambutannya, berbagi pengalaman ponpes dalam menggerakkan santri dan santriwati untuk peduli lingkungan. “Di sini, menjaga kebersihan adalah bagian dari iman, dan menjaga alam adalah implementasi dari Fiqih Lingkungan dan Akhlak Lingkungan yang kami ajarkan. Program yang sudah berjalan seperti sedekah sampah, budaya bersih Kami berharap, kunjungan ini bisa menginspirasi implementasi di tempat masing-masing,” tutur beliau.
Lembaga ini sudah beberapa kali menerima penghargaan dalam bidang moderasi beragama dan lingkungan seperti Inisiator Muda Moderasi Beragama Kemenag RI, Adiwiyata Nasional dan Adiwiyata Mandiri, ekopesantren, dan beberapa waktu lalu Ning Ika diundang menjadi narasumber di forum MABIM. Selain itu tamu dari dalam dan luar negeri juga sudah pernah singgah di sini.
Peserta kemudian diajak berkeliling melihat proses pengelolaan sampah, hingga proses pembuatan produk ramah lingkungan yang dikelola langsung oleh santri seperti ecobrick, kertas limbah daur ulang untuk kaligrafi, pembalut ramah lingkungan (mispad), sabun minyak jelantah. Kunjungan ini diharapkan dapat memperkuat jejaring antar-lembaga keagamaan dalam menyebarluaskan nilai-nilai Moderasi Beragama yang juga berwawasan lingkungan.
Dalam sesi tanya jawab, peserta dari Manado merasa dapat inspirasi bahwa kerjasana pertukaran Mahasiawa tidak harus berbasis anggaran. Dan, itu sudah dibuktikan.




