Home ยป Transformasi Digital, Cara NU Tetap Relevan Membangun Peradaban
opini

Transformasi Digital, Cara NU Tetap Relevan Membangun Peradaban

Catatan M. Mas’ud Said, Ketua Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama ISNU Jawa Timur

Jum’at malam, 2 Agustus 2024 di Kompleks Pesantren Tebuireng, Jombang, saya menjadi salah satu yang serius menyimak pidato Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf dan Pj. Ketua PWNU Jawa Timur, KH Abdul Hakim Mahfudz. Malam itu digelar acara Pembukaan Konferwil XVIII NU Jawa Timur, sebuah permusyawaratan tertinggi organisasi NU di provinsi tempat kelahirannya. Sebagaimana ribuan yang hadir, serta ratusan ribu lainnya yang menyimak melalui siaran live di televisi dan youtube, saya terinspirasi dengan visi, arah dan strategi yang akan dikembangkan PBNU ke depan, dan akan dilaksanakan dengan optimal di PWNU Jawa Timur.

Dari kedua pimpinan ini, saya mencatat bahwa Nahdlatul Ulama, bukan hanya sekedar Jam’iyah, namun sudah bisa disebut sebagai sebuah peradaban. Peradban itu berisi tatanan nilai, believe atau keyakinan, kebudayaan, ilmu pengetahuan dan norma tatanan kehidupan. Sekeras apapun orang bertengkar tentang NU, sesama NU tentang misalnya kebijakan PB NU yang tak disetujui , toh tak akan meninggalkan rumahnya di NU, nanti pasti kembali keNUan nya. Jadi sebagai peradaban tak ada yg bisa menghindarkan dari perbedaan pendapat.

Gus Yahya menegaskan, apa yang terjadi selama ini di tubuh NU tak usah terlalu dikhawatirkan kesudahannya, memang NU itu sangat besar dan sangat rumit sehingga banyak hal yang tak sepenuhnya disetujui, untuk hal ini ya kita jalan saja, tak usah didengarkan dan dibaca itu yang di medsos. Beliau yakin walau terjadi caci maki, pertengkaran atau beda pendapat apapun maka semua pihak tak akan berani meninggalkan NU. Bahkan orang yang sudah masuk organisasi lainpun , saat mati ingin ditahlili, katanya dengan semangat. “Saya tidak merasa khawatir dan merasa kecil hati akan semua karut marut apa apa yang bisa kita lihat di medsos, paling juga nanti akhirnya akan kembali ke NU”, katanya lagi.

Sebaliknya, tegas beliau, tantangan sesungguhnya NU ke depan yang pasti adalah tantangan relevansinya dalam dunia yang sangat cepat berubah di dunia digital ini. Lingkungan besar sangat berbeda dulu dengan sekarang. Jadi harus ada penyesuaian yang luar biasa. Tantangan relevansi itu juga berlaku bagi semua organisasi termasuk negara dan organisasi apapun di era sekarang ini. NU itu disitu tangannya, masih dibutuhkan nggak, masih relevan nggak. Siapa yang tak relevan bisa akan mati. dan tidak diperlukan lagi.

NU ke depan, menurut Gus Yahya, perlu adaptasi luar biasa dan kerja keras untuk bertahan, mempertahankan kehidupannya, agar survive. Adaptasi itu tidak mudah, membutuhkan berbagai ikhtiar yang sungguh-sungguh. Karena itu, agar bisa membangun relevansi tersebut, perlu transformasi organisasi, konsolidasi tatakelola, konsolidasi agenda organisasi, konsolidasi sumberdaya organisasi.

Ditambahkanya, bahwa untuk menghadapi hal tersebut PBNU telah melaksanakan 4 Konferensi Besar dan Munas Alim Ulama selama 3 tahun kepengurusan PB NU sejak dikukuhkan. Dalam konferensi konferensi besar tersebut PBNU telah juga menyusun komponen regulasi, mengembangkan pengunaan platform digital khusus persuratan maupun ekosistem lain untuk menguatkan kelembagaan di Nahdalatul Ulama. “Untuk grand design NU ke depan saya menugaskan Lakspesdam NU untuk membuat perencanaan, membuat program kerja dan semacam grand desain untuk mencapai cita-cita dan menjamin relevansi NU di masa yang akan datang.

“Ini seperti Bappenas , namun dikemas dan disusun ala Nahdlatul Ulama. Dengan begitu akan terjadi sistematisasi program kerja yang akan menjadi acuan dari PBNU, Wilayah sampai Tingkat Ranting.

PBNU sedang serius membangun platform digital NU, yang disebut Semesta Digitalisasi Data dan Layanan (Digdaya) NU. PBNU bahkan telah membentuk tim terpadu dan sudah dipresentasikan di rapat pleno agar menjadi pedoman tingkat PB, pedoman sitem administrasi tingkat PWNU maupun Cabang Cabang di provinsi ini. Platform digital itu bisa diakses oleh pengurus gadged atau mobile phone masing masing.

Di hadapan sekitar 1470 kyai, bu Nyai, pimpinan Ponpes besar, PW NU dan PC NU se Jatim dan beberapa tokoh , pimpinan Badan Otonom dan perwakilan negara sahabat, tetamu pimpinan universitas NU dan bahkan pimpinan perbankan dan rumah sakit NU, Gus Yahya yang pernah mengenyam pendidikan di FISIP UGM itu mengatakan tantangan untuk membangun sumber pembiayaan bagi organisasi.

Dalam konferensi Wilayah PW NU XVIII dengan tema Merajut Ukhuwah dan Mengokohkan Jam’iyah Dalam Pendampingan Ummat Penjabat Ketua PW NU Jawa Timur KH Abdul Hakim Mahfudhz mengatakan bahwa selama 6 bulan PW NU telah dan akan terus melakukan tata kelola organisasi dan menghimpun kekuatan dan sumber daya potensial yang besar. Cicit Hadratus Syekh Hasyim Asy’ary ini melihat sangat banyak potensi yang ada di NU Jawa Timur ini sehingga adalah merupakan tantangan kita untuk menjadikan potensi besar itu sumber daya untuk menguatkan NU, misalnya juga penguatan Ahlussunnah Wal Jamaah dan juga tentu tata kelola yang lebih baik dan penguatan jamiyah. Selanjutnya, Pimpinan Ponpes Tebuireng yang sukses mengelola perusahaan besar tersebut mengatakan bahwa PW NU Jawa Timur akan terus dan harus tegak lurus kepada PB NU. “Kami harus mengikuti apa apa kebijakan yang ditetapkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama,” tegasnya meyakinkan kami semua yang menyimak.

Menurut Kyai Kikin, laksana kereta api, dalam tubuh NU hanya ada 4 orang masinis yang mengendalikan jamiyah yaitu Rois Aam, Khatib Rais Aam, Ketua Umum PB NI dan Sekretaris Jendral. Yang lainnya harus taat dan ikut tak boleh belok belok semaunya sendiri di tengah jalan. Tak boleh berjalan tidak sesuai rel kebijakan PBNU.

Ini hal yang menggenbirakan kami yang hadir. Sebagaimana ditegaskan Gus Yahya, PBNU saat ini memiliki strategi tiga matra yang kompleks dan luas, akan dibuat sistem tata kelola yang lebih baik, penguatan sumber daya termasuk sumber keuangan dan SDM. Format format tersebut membutuhkan strategi eksekusi yang rumit dan kompleks membutuhkan kerja keras yang sistemik dan butuh banyak rekadaya yang sungguh sungguh. Untuk pengkaderan, PBNU ingin membangun pola pendidikan kepemimpinan yang lebih baik, setelah PKPNU dan MKNU pada tingkat tinggi akan ada sekolah kader AKKN NU dengan syarat yang ketat dan materi yang diasuh oleh para pakar dan ahli tingkat dunia. Bahasa yang dipakai bahasa Arab atau bahasa Inggris. Dengan begitu ada syarat lenguasaan bahasa Inggris yang kuat minimal, Toeflnya 650. Kami hanya akan melatih 30 orang untuk angkatan pertama. Maka silahkan saja mempersiapkan diri menjadi bagian pelatihan tingkat tinggi ini.

Forum malam ini, kami semua yang hadir diajak istiqamah berada dalam barisan besar Nahdlatul Ulama, sembari terus doakan Nahdlatul Ulama tetap relevan menjadi peradaban baru yang bisa menyesuaikan dengan kondisi serba teknologi dalam kehidupan. (*)