Surabaya, jurnal9.tv -Peringatan hari santri yang kini sudah memasuki tahun kesepuluh, sejak diresmikan pada tahun 2015 harus dijadikan momentum untuk menggalang persatuan dalam menghadapi ragam tantangan yang sedang dan akan dihadapi bangsa Indonesia. Resolusi Jihad yang dikumandangkan Hadratus Syekh Hasyim Asy’ary di tahun 1945 adalah teladan penting yang perlu diwarisi dan digelorakan oleh bangsa Indonesia khususnya kalang santri, pesantren dan warga NU untuk membangkit semangat kebangsaan dan bersatu berjuang untuk tanah air.
Demikian disampaikan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf dalam Kick-off Peringatan Hari Santri 2025 yang digelar PWNU Jawa Timur, Ahad (19/10) di Auditorium UNUSA Surabaya. Hadir dalam kesempatan itu, jajaran pengurus PBNU dan PWNU Jawa Timur, diantaranya Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (YARSIS) yang juga Rois Syuriyah PBNU, Prof. Dr. Muhammad Nuh, Ketua PWNU Jawa Timur, KH. Abdul Hakim Mahfudz dan Pengurus Cabang NU se Jawa Timur.
Gus Yahya mengatakan, tema Hari Santri tahun ini sengaja mengusung tema, Mengawal indonesia merdeka mengawal peradaban mulia. Gus Yahya menambahkan, Proklamasi Indonesia memang dibacakan di Jakarta, namun ujiannya jistru di Surabaya, dan itu dikerjakan oleh santri. “Dulu santri mengawal indonesia merdeka saat resolusi jihad, dan alhamdulillah hingga sekarang santri tetap mengawal sehingga negara Indonesia berdiri tegak dan jaya hingga sekarang,” tegasnya.
Cita-cita kemerdekaan, menurut Gus Yahya adalah cita-cita peradaban umat manusia dan tertoreh di pembukaan UUD 1945, Penjajahan di atas dunia harus dihapuskan. Proklamasi bukan hanya lahirnya negara bangsa Indonesia, tetapi lebih jauh dari itu merupakan tiang pancang peradaban manusia. “Karena itu, tagline Hari Santri tadi terkandung agenda besar yaitu untuk konsolidasi persatuan bangsa,” tegasnya.
Menurut Gus Yahya, konsolidasi nasional saat ini sangat dibutuhkan pada masa-masa ini sebagai satu bangsa yang sedang menghadapi tantangan yang berat, tidak hanya dari dunia internasional, tetapi juga dari domestik. Gus Yahya mengapresiasi agenda Presiden Prabowo Subiyanto tang sedang melakukan transformasi sistem dan manajemen keuangann negara untuk agenda kesejahteran rakyat yang butuh energi koheren yang besar, dan membutuhkan seluruh elemen bangsa untuk konsolidasi bangsa. “Karena itu, dengan peringatan Hari Santri ini, saatnya kita mengajak seluruh elemen bangsa untuk bersatu menghadapi tantangan bersama,” ungkapnya.
Gus Yahya menyinggung musibah beruntun yang sedang dihadapi pesantren, termasuk penistaan pada Kiai dan pesantren sebagai kado pahit, yang hikmahnya harus menjadi momentum bagi konsolidasi bangsa. PBNU keras dan marah atas penistaan ini, bukan karena Lirboyo, NU, tapi karena ada kelompok identitas yang diserang oleh kelompok identitas lainnya. “Padahal kelompok-kelompok identitas itu adalah pembentuk ke-Indonesiaan, dimana sebagai bentuk kesatuan bangsa tidak boleh ada sikap merendahkan salah satu identitas karena bisa memicu perpecahan bangsa,” tegasnya.
Namun Gus Yahya mengingatkan, sebelum mengajak elemen bangsa bersatu, maka orang NU harus bersatu lebih dulu sebagaimana yang diperingatkan oleh Hadratus Syekh dalam Muqaddimah Qanun Asasi, dengan narasi masuklah ke dalam jam’iyyah ini dalam rukun dan bersatu, bukan hanya jasad tapi juga ruh. Dipersatukan bukan berarti tidak ada permasalahan, tapi adanya permasalahan bukan menjadi alasan untuk berpisah dan berpecah belah. “Karena itu dalam merajut kebersatuan ini, kita harus bersama dalam menghadapi masalah,” harapnya.
PBNU telah menginstruksikan seluruh kepengurusan PWNU dan PCNU untuk menghelar peringatan hari.santri..Puncak peringatan Hari Santri yang digelar PBNU akan dipusatkan di PP Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, pada Rabu (22/10) mendatang.
KickOff.Hari.Santri 2025 PWNU Jatim bisa disaksikan melalui.link berikut: