Oleh Lora Muhammad Ismael Al Kholilie, influencer, pengasuh PP. Al-Muhajirun As-Salafi Al Kholilie, Geger Bangkalan
Imam mufassir abad ini Syaikh Mutawalli Sya’rawi pernah menyampaikan sebuah cerita. Alkisah dulu ada seorang sholihin yang diberi nikmat oleh Allah bertemu dengan Sayyidina Umar Bin Khattab dalam sebuah mimpi, dalam mimpi itu ia bertanya kepada Sayyidina Umar.
“Apa yang Allah lakukan kepada dirimu?“
Sayyidina Umar menjawab: “Allah mengampuniku karena momen ini. Suatu ketika, aku melihat seorang anak kecil mempermainkan seekor burung, aku merasa kasihan kepada burung itu, aku membelinya dari anak kecil itu lalu aku lepaskan burung itu dari sangkarnya. aku mendapatkan kasih sayang Allah karena rasa kasihku kepada burung itu.“
Jika masih ada di dunia ini segelintir orang yang benar-benar mengamalkan pesan kisah yang juga terdapat dalam kitab “Ushfuriyah” itu, maka sosok ulama Bangkalan KH. Zubair Muntashor lah orangnya. Beliau wafat Ahad (28/4) siang tadi. Di akhir-akhir hayat beliau, setiap pagi blusukan ke desa-desa di Bangkalan, berkumpul dengan masyarakat, dan salah satu acara ‘wajib’ yang selalu dilakukan dengan masyarakat adalah acara ‘pelepasan burung’. Dan bukan hanya satu! Jumlahnya puluhan atau bahkan ratusan seperti dalam video ini: https://www.instagram.com/reel/C6TmqWxJyKr/?igsh=MXJnbW5ob241cjlpdQ==
Meski mungkin ada makna ‘sirr’ atau rahasia lain di balik amalan Kiai Zubair itu, tapi saya yakin itu adalah upaya beliau untuk meraih kasih sayang dan ampunan Allah.
Kiai Zubair adalah salah satu ulama paling sepuh di Bangkalan, beliau termasuk Musytasar (penasehat) PBNU, cicit dari Syaikhona Kholil Bangkalan. Kiai Zubair memiliki Ibu Nyai Nadhifah, putri dari Kiai Imron, Putra dari Syaikhona Kholil.
Banyak keteladanan dan kebaikan yang bisa kita contoh dari Kiai Zubair. Salah satunya, ta’dhim yang luar biasa kepada guru. Cukup banyak yang menyaksikan, ketika selesai sholat jum’at di Masjid Senenan, tiba-tiba beliau mencium tangan seorang lelaki tua dengan penampilan biasa. Usut punya usut, ternyata kakek tua itu adalah guru Kiai Zubair ketika masih di jenjang Sekolah Dasar.
Kiai Zubair adalah sosok kiai yang benar-benar menjadi ‘murobbi’ (guru batin) bagi para santrinya. Ketika masih sehat, meskipun sudah berusia sepuh, Kiai Zubair selalu istiqomah mengimami shalat lima waktu, membangunkan sendiri para santri dengan mendatangi kamar mereka satu-persatu, bahkan ‘menunggui’ para santri sejak pagi sampai mereka masuk ke kelas. Tidak heran jika Pondok Pesantren Nurul Cholil asuhan beliau menjadi salah satu pondok pesantren paling maju di Bangkalan. Itu semua karena beliau benar-benar ‘nirakati’ pondok asuhannya mulai ketika santri masih berjumlah belasan, hingga kini ribuan santri dan alumni. Kiai Zubair bahkan terkenal sebagai Kiai yang jarang berceramah dan mengisi acara di luar pesantren, karena seluruh waktu beliau wakafkan untuk menjaga para santri.
Selamat jalan, Kiai Zubair. Selamat ‘terbang’ laksana burung-burung yang panjenengan bebaskan demi menjemput ribuan nikmat Allah di alam barzakh sana. Ila ruhi Kiai Zubair Muntashor, Alfatihah..
Bangkalan, 28 April 2024