TOKOH  

Kiai Subchi dan Kesaktian Bambu Runcing

Surabaya, Jurnal9.tv – Kiai Subchi, ulama sekaligus pejuang asal parakan, temanggung mempunyai jasa yang besar saat perang Kemerdekaan Indonesia menghadapi penjajah Belanda. Pada zaman penjajahan dulu daerah Parakan terkenal dengan senjata bambu rumncing, senjata yang digunakan pejuang rakyat saat itu.

Dilansir dari kanal Youtube Nu Online, dalam sowan kepada KH. Ya’qub Mubarok, beliau adalah Rais Syuriah PCNU kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Beliau mengisahkan bagaimana sejarah Bambu Runcing yang penuh kesaktian karena dapat mengalahkan penjajah menuju Kemerdekaan.

Menurut beliau, sejarah memang mampu memberikan satu inspirasi bagi penerus bangsa. Ir. Soekarno juga mengatakan tentang“Jas Merah” yang berarti, jangan melupakan sejarah.

Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah yang diperkuat oleh kiai Wahab, bahwa 36 surat dari 114 surat dalam Al Quran itu bermuatan sebanyak 1600 ayat dari 6666 ayat juga berisikan sejarah.

Dalam Video tersebut, Kiai Ya’qub mengisahkan, sebelum menjadikan bambu runcing sebagai senjata, Kiai Subchi yang kuat akan tirakatnya, telah diperintah oleh KH. Hasyim Asy’ari untuk menyembuhkan ibunya yang sedang sakit, KH. Hasyim Asy’ari percaya bahwa Kiai Subchi mendapatkan Inayah dari Allah untuk menyembuhkan ibu beliau. Atas izin Allah, ibu KH. Hasyim Asy’ari pun sembuh dari sakitnya.

Untuk mewujudkan wilayah yang merdeka, Jenderal Sudirman sowan kepada KH. Hasyim Asy’ari, lalu mengumpulkan ulama Jawa, Madura. Pertemuan tersebut menghasilkan  Resolusi Jihad. Dari hasil musyawarah diusulkan oleh Kiai Subchi dan beberapa kiai lainnya untuk menggunakan senjata seadanya, yaitu bambu runcing.

Dengan tirakat tinggi dan ada beberapa tahapan yang dilakukan untuk menjadikan bambu runcing itu sebagai senjata. Dari mandi keseluruhan atau Kumkum, lalu makan nasi kuning yang dikasih doa, setelah itu bambu runcingnya akan ditiup oleh Kiai Subchi, “Bismillah bi ‘Aunillah”.

“Lek arek perang, nganggo bismillah bi ‘aunillah. Allahuyakhafidzu, Allahuyakhafidzu, Allahuyakhafidzu, Allahu Akbar. Ning syarat e, ndelok pucuk e, bambu itu, jadi yang dilihat pucuk, diselip doa tadi,” jelas beliau.

Kiai Subchi merupakan teladan dalam kedermawanan, pengetahuan dan perjuangan bangsa Indonesia.