Surabaya, Jurnal9.tv- Kabar pelaporan Lesty kepada polisi atas tindak KDRT yang dilakukan oleh suaminya, Rizki Billar, mengejutkan public. Pasalnya di setiap momen yang dibagikan keduanya, selalu tampak harmonis dan romantic.
Peristiwa ini sebaiknya menjadi pembelajaran bagi perempuan. Kita bisa melihat tanda-tanda apakah seorang pria berpotensi bertindak kasar atau tidak.
Psikolog Ester Lianawati dalam detikcom menuturkan, kekerasan adalah hasil proses belajar, dari pola asuh, faktor lingkungan, dan sebagainya. Tidak ada seorang pun yang lahir sebagai pelaku kekerasan. Itu artinya, sebenarnya pelaku KDRT bisa berubah.
“Tetapi, dia tidak mungkin berubah hanya dengan meminta maaf. Tidak pula hanya dengan menyadari perbuatannya dan keinginan untuk berubah. Penyesalan, kesadaran, dan keinginan berubah perlu diikuti dengan upaya nyata untuk menyembuhkan diri,” terang Ester.
Nah, ini penting dipahami bagi perempuan yang hendak memutuskan menikah. kita perlu mengenali pasangan. Agar kita tidak salah memilih.
Agama Islam menganjurkan orang beriman memilih pasangan yang baik perilakunya, karena lebih aman. Sebaliknya, ia mewanti-wanti agar tidak memilih pasangan yang buruk, karena mengkhawatirkan. Dalam Al-Qur’an masalah ini terkandung di ayat 26 Surat An-Nur yang bertutur tentang pasangan buruk bergandengan dengan buruk (al-khabitsun gandeng al-khabitsat) dan yang baik bergandeng dengan yang baik (al-thayyibun gandeng al-thayyibat). Maka kita wajib menjadi pribadi yang baik terlebih dahulu.
Perilaku kasar bisa dikenali sejak dini. Berikut ini ciri-cirinya:
- Sangat menarik cenderung sempurna dan menyukai kesempurnaan
Pria yang menarik, sempurna dan menyukai kesempurnaan, memang tidak semuanya berpotensi bersikap kasar. Namun, apabila ia amat peduli dengan citra dan popularitas mereka atau lebih peduli terhadap citranya daripada menjalin hubungan sehat, kita bisa sedikit waspada. Seringkali pria ini juga mengikat perempuan dengan rayuan-rayuan yang berlebihan.
2. Suka Mengatur dan Mengisolasi
Menjadi seorang perencana memang bagus. Tetapi apabila Pria yang cenderung mengatur berlebihan seperti mengatur apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan bahkan sebelum terikat pernikahan, dan melarang berhubungan dekat dengan teman, kolega dan keluarga, maka kita perlu waspada. Dikhawatirkan, ia bisa bertindak kasar ketika perempuan tidak menuruti apa yang diaturnya.
3. Mudah cemburu
Merasa cemburu ada kalanya baik, karena sebagai wujud cinta terhadap perasaan. Namun apabila kecemburuan itu tidak berdasar atau berlebihan, misalnya memandang pria lain sebagai ancaman dalam hubungannya. Maka Ia juga bisa dengan mudah menuduh wanitanya menggoda semua orang. Dikhawatirkan kecemburuan berlebihan itu memicu pertengkaran hebat dan lepas kendali ketika emosi menguasai.
4. Manipulatif
Pria ini sangat cerdas. Dia tahu bagaimana mendeteksi titik-titik lemah pasangannya, dan dia menggunakan kerentanan pasangannya tersebut untuk keuntungannya
5. Playing Victim dan Sering Menghina
Seorang pria yang suka menganggap dirinya sebagai korban, cenderung tidak bisa melindungi pasangannya. Ia cenderung menyalahkan orang lain, bahkan atas kesalahannya sendiri. Dikhawatirkan, ketika keadaan tidak berpihak dalam hubungannya, ia akan melampiaskannya kepada pasangannya. kita tidak akan pernah bisa memuaskan pria seperti ini. Dia akan dengan mudahnya merendahkan wanita dengan menyerang secara verbal.
6. Tidak konsisten
Suasana hatinya mudah berubah-ubah. Satu menit dia tampak bahagia dan manis, kemudian dia bisa berubah kasar dan pemarah.
7. Hipersensitif
Kesalahan sekecil apapun bisa menjadi besar bagi pria seperti ini. Dia sangat sensitif dan mudah merasa terhina.
8. Kejam
Kejam dalam hal ini ialah tidak ingin terluka. Pria yang bersikap kejam bahkan tak ragu berbuat kasar terhadap hewan dan anak anak, biasanya menganggap sikap itu merupakan sumber kekuatannya. Mereka tak segan melukai orang yang tak bersalah.
9. Menunjukkan reaksi berlebihan
Bereaksi berlebihan terhadap sesuatu. Mungkin pada satu titik, dia akan bersumpah untuk tidak pernah memukul atau melakukan kekerasan lagi. Ia bahkan bisa memohon-mohon ampunan dari wanitanya. Namun, sangat kecil kemungkinan mereka benar-benar berubah.
Indikator di atas tentu saja bisa tidak sama, bergantung pada Kondisi, background lingkungan, pendidikan dan factor lainnya. Proses penyembuhan pelaku KDRT bersifat individual. Namun penyembuhan perilaku KDRT bisa didukung oleh orang-orang terdekat, dan Ahli Psikiater. (snm)