Inspirasi Dakwah Wali Songo

Surabaya, Jurnal9.tv – Kesuksesan dakwah Wali Songo layak menjadi inspirasi bagi umat muslim di Indonesia. Untuk lebih mengenal metode dakwah Wali Songo, TV9 mengundang Prof. Dr. KH. Ali Maschan Moesa, M.Si, ketua MUI Jatim dalam program Tabuh Maghrib dengan tema ‘Inspirasi Walisongo’.

KH. Ali Maschan Moesa menyoroti masih ada orang yang tidak percaya wali. “Sampai sekarang kita bisa memahami masih banyak orang yang tidak percaya dengan wali, tolong dibuka Surat Al Baqoroh 251,” ujarnya mengingatkan masyarakat yang tidak percaya adanya Wali.

Beliau menerangkan bahwa orang yang tidak percaya wali perlu untuk membaca Surat Al baqoroh ayat 251. Imam Al Suyuthi di dalam kitab Al Durr al Mantsur menafsirkan lafad ba’duhum yang pertama dalam ayat itu merujuk kepada manusia yang nakal dan bi ba’din bermakna wali. “Jadi seandainya Allah tidak membentengi, memagari manusia yang nakal-nakal dengan orang suci (yang dimaksud wali), Lafasadat ardzu (dunia ini sudah ditutup oleh Allah). Itu artinya setelah tidak ada nabi Allah menurunkan wali yang disebut wali abdal”.

KH. Ali Maschan Moesa menerangkan bahwa imam Al Suyuthi menafsirkan ciri-ciri wali bukan terlihat dari banyaknya salat, puasa, ataupun seringnya umroh. Imam Al Suyuthi menyebutkan bahwa ciri dari wali hanya satu yaitu dermawan. “Cirinya hanya satu, dermawan”.

KH. Ali Maschan Moesa juga mengkritisi banyak orang yang salah dalam memahami tujuan dakwah adalah mengajak kepada Islam. Beliau mengatakan bahwa tujuan dari dakwah adalah mengajak kepada Allah. “Saya menghitung kata dakwah di Al quran 222 bukan ila Islam tetapi ilallah.”

Terkait dengan metode dakwah Wali Songo, KH. Ali Maschan Moesa mencontohkan dakwah sunan Ampel yang menyebut ibadah dengan istilah sembahyang. Beliau menjelaskan bahwa dalam berdakwah sunan ampel menitik beratkan pada inti ajaran, bukan pada kulit-kulitnya. “Tradisi itu kulite jarno wae. Tetep dikatakan sembahyang tapi isine kan, sing penting isi”.

KH. Ali Maschan juga bercerita bahwa sunan Ampel merupakan orang yang sangat dermawan. Karena sunan Ampel paling tahu bahwa Islam itu yang paling diinginkan Allah adalah kesalehan sosial, bukan kesolehan pribadi. Beliau menambahkan bahwa keshalehan pribadi itulah yang disebut dengan rahmatan lil alamin.

Prinsip mudah memberi inilah yang juga menurut KH. Ali Maschan Moesa menjadi penyebab dakwah sunan Ampel mudah diterima masyarakat. Contoh lain tentang kedermawanan walisongo terdapat pada pesan sunan Drajat yang sekarang diabadikan dengan tertulis di makam beliau yang berbunyi ‘Menehana teken marang wong kang wuta, Menehana mangan marang wong kang luwe, Menehana busana marang wong kang wuda, Menehana ngiyup marang wong kang kodanan.’

“Jadi kalau boleh akhirnya kita membuat kesimpulan, betul-betul dari segi aspek kepemimpinan kita iku nderek rasululllah”. Maka dari itu, KH. Ali Maschan Moesa menjelaskan kepemimpinan Wali Songo itu kalau disimpukan ada 3:

  1. Rijaluddin: pemimpin agama, maknanya pemimpin keagamaan
  2. Rijalul ummah: pemimpin umat
  3. Rijalul fikr: orang yang memiliki intelektual

“Dari semuanya tadi wali itu mesti dimulai dari hati yang bersih dan hidup yang sederhana. Seperti Rasulullah sendiri kan hidupnya sangat sederhana sehingga dengan demikian semuanya harus diniati karena Allah”. (swp/snm)