Inovatif, Siswi MTs NU Trate Gresik Olah Limbah Sisik Bandeng Jadi Biskuit Tinggi Gizi Pencegah Stunting

Avatar photo

Gresik, jurnal9.tv -Di ruang praktik sederhana MTs NU Trate Kabupaten Gresik, aroma biskuit yang baru matang memenuhi udara. Di meja panjang, dua siswi madrasah kelas 9 Ummi Azizatul Fitriah dan Eilah Mullah tengah sibuk menata biskuit renyah berwarna kehijauan.

Sekilas tidak ada yang berbeda dari biskuit pada umumnya. Namun, bahan dasarnya ternyata berasal dari hal tak terduga, yaitu sisik bandeng. Inovasi ini berawal dari kepedulian para siswi terhadap tingginya angka stunting di Gresik pada satu hingga dua tahun terakhir.

Para guru kemudian mengajak mereka untuk mencari permasalahan yang paling mendesak di daerahnya dan merumuskan solusi berbasis riset. Dari proses itulah, muncul ide untuk memanfaatkan limbah melimpah yang selama ini belum termanfaatkan seperti sisik bandeng, yang merupakan hasil sampingan dari industri otak-otak bandeng khas Gresik.

Salah satu siswi, Umi Aizatul Fitriah, menceritakan bagaimana ide itu bermula. Menurutnya, Kota Gresik memang dikenal sebagai sentra bandeng. Industri otak-otak bandeng yang tersebar hampir di seluruh kota itu menghasilkan limbah sisik dalam jumlah besar setiap hari, dan limbah itu selama ini tidak dimanfaatkan secara optimal.

“Kota Gresik merupakan salah satu kota penghasil sentra ikan, terutama ikan bandeng. Dalam masyarakat Gresik, ikan bandeng biasanya diolah menjadi otak-otak bandeng. Sisik tersebut menjadi limbah yang tidak dimanfaatkan secara optimal, sehingga kami manfaatkan menjadi biskuit sisik bandeng,” ujarnya, Kamis (11/12/2025).

Dari eksperimen sederhana itulah proses panjang dimulai. Pertama menghilangkan bau sisik, mengeringkannya, lalu mengubahnya menjadi tepung halus. Selanjutnya sisik bandeng harus direndam dengan jeruk nipis dan cuka, kemudian dipresto untuk menghilangkan bau amis dan melunakkan struktur kerasnya.

Setelah itu sisik dijemur selama 1–2 hari di bawah terik matahari hingga benar-benar kering sebelum diblender menjadi serbuk halus. Serbuk sisik bandeng inilah yang kemudian dicampurkan dengan tepung, telur, mentega, dan gula.

Adonan dipanggang pada suhu 150 derajat Celcius selama kurang lebih 30 menit hingga menghasilkan biskuit renyah tanpa bahan pengawet, namun tetap tahan hingga satu minggu. “Awalnya kita bereksperimen untuk mengolah sisik tersebut, dan dicoba-coba ternyata enak sekali,” tambah Umi.

Tak hanya mengandalkan sisik bandeng, mereka juga menambahkan parsley, sayuran yang kaya mineral dan banyak dijumpai dalam bentuk kering. Kombinasi keduanya menurut Umi diharapkan dapat memberikan gizi lebih lengkap.

“Kami membuat inovasi ini untuk mengatasi kualitas stunting yang ada di Gresik. Harapan kami, dengan adanya biskuit dari sisik bandeng dan parsley ini angka stunting di Gresik maupun Indonesia bisa menurun,” ungkapnya penuh semangat.

Ia juga berharap suatu hari nanti biskuit ini bisa dipasarkan lebih luas dan diuji langsung kepada balita yang membutuhkan karena kandungan protein dan gizinya sangat tinggi.

Inovasi para siswi ini mendapat dukungan penuh dari sekolah. Kepala MTs NU Trate Gresik, Nihayatul Mas’unah, menegaskan bahwa madrasah mereka memang berbasis riset dan mendorong setiap siswa menghasilkan karya inovatif setiap semester.

“Tentu kami mengapresiasi inovasi anak-anak. Madrasah kami berbasis riset jadi setiap semester wajib ada riset terbaru atau inovasi baru. Tahun ini sudah ada dua inovasi, salah satunya biskuit dari sisik bandeng dan sayuran parsley untuk mencegah stunting,” jelasnya.

Ia menambahkan, karya para siswi tidak hanya berhenti sebagai proyek sekolah. Inovasi biskuit sisik bandeng ini telah diikutsertakan dalam lomba tingkat Jawa Timur dan berhasil meraih Juara 3. Ini menjadi bukti bahwa kreativitas siswa Madrasah mampu bersaing di level regional.

Biskuit tersebut juga telah melalui uji laboratorium awal dan menunjukkan kandungan kalsium serta protein hewani yang cukup tinggi untuk kebutuhan balita berisiko stunting.

Inovasi ini bukan hanya proyek sekolah, melainkan gambaran bagaimana siswa-siswi tingkat Madrasah mampu membaca masalah di sekitar, dan memanfaatkan potensi lokal, hingga menghasilkan solusi nyata bagi kesehatan masyarakat.

Dengan kreativitas dan kepedulian sosial, siswi MTs NU Trate Gresik mencoba mengubah limbah menjadi harapan. Sisik bandeng yang selama ini dianggap sia-sia, namun di tangan kedua siswi tersebut bisa diolah menjadi pangan alternatif yang berkontribusi pada balita untuk lebih sehat.