Jakarta, jurnal9.tv -Semakin lama, rakyat semakin tergeser dan terpinggirkan dari proses kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan, rakyat tidak lagi menjadi porosnya. Pengesahan undang-undang yang dilakukan secara senyap tanpa melibatkan publik, kembalinya aparat bersenjata ke ruangruang politik dan sipil, serta program-program pemerintah yang tidak berdampak atau tidak menjawab persoalan rakyat —sebagaimana terlihat dalam penanganan bencana Aceh–Sumatera dan seterusnya—menunjukkan melemahnya supremasi sipil. Partisipasi bermakna dan peran masyarakat dalam menentukan arah kebijakan negara pun kian melemah.
Urun rembuk, kritik, hingga berbagai masukan dari masyarakat terhadap kebijakan pemerintah seolah dianggap angin lalu. Mereka yang bersuara justru ditangkap aparat dengan berbagai alasan, seperti yang terjadi dalam aksi massa 25 Agustus–30 September 2025. Hal ini memperlihatkan penegakan hukum yang semakin semena-mena terhadap rakyat. Puncaknya, pengesahan RUU KUHAP oleh DPR dan Pemerintah Indonesia, serta pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke2 RI Soeharto.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Berangkat dari berbagai persoalan demokrasi tersebut, peringatan Haul ke-16 Presiden ke-4 RI K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang akan digelar pada Sabtu (20/12) mengusung tema “Dari Rakyat, Oleh Rakyat, dan Untuk Rakyat”.
Ketua Panitia Haul Gus Dur ke-16, Alissa Wahid, mengatakan tema tersebut dipilih pihak keluarga sebagai upaya menghadirkan inspirasi dan keteladanan Gus Dur dalam mengawal proses demokrasi yang dipilih Indonesia dalam menjalankan sistem politiknya. “Kenapa kita mengangkat tema ini? Karena Gus Dur sepanjang hidupnya memperjuangkan kedaulatan rakyat dan kedaulatan sipil. Itu betul-betul beliau perjuangkan. Beliau mengajarkan kepada kita, baik dalam sikap pribadi maupun kepemimpinan, bahwa kebijakan atau strategi yang diambil harus berangkat dari ‘Dari Rakyat, Oleh Rakyat, dan Untuk Rakyat”, kata Alissa Wahid dalam siaran pers, Kamis (18/12).

Menurut Alissa, setiap rakyat memiliki martabat, hak, sumber daya pribadi, potensi, dan aspirasi. Oleh karena itu, sudah seharusnya hal-hal tersebut menjadi tujuan akhir atau muara dari sebuah negara bangsa. Pada dasarnya, lanjut Alissa Wahid, cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia adalah menjadikan rakyatnya memperoleh keadilan, kemakmuran, dan kehidupan yang sentosa. Oleh sebab itu, apa pun yang dilakukan pada skala bangsa dan negara seharusnya ditujukan untuk kepentingan rakyat.
“Dalam konsep demokrasi, ‘untuk rakyat’ berarti melibatkan rakyat. Harapan, aspirasi, dan kebutuhannya harus diperhatikan dalam menyusun dan mengelola kehidupan bersama. Jadi, rakyat tidak hanya menjadi penerima bantuan sosial, pasar ekonomi, atau sekadar pelengkap penderita,” tegas putri sulung mantan Ketua Umum PBNU itu.

Saat ini, Alissa Wahid melihat semangat berdemokrasi di Indonesia mulai meluntur, baik di tingkat masyarakat maupun di kalangan penyelenggara negara dan aktoraktor politik lainnya, terutama partai politik. Hal tersebut, menurut Alissa Wahid, merupakan peringatan bagi bangsa Indonesia agar tidak melenceng dari kesepakatan sistem demokrasi yang telah dianut selama bertahun-tahun.
“Ini adalah alarm bagi kita semua,” tandas Direktur Jaringan GUSDURian Indonesia tersebut. Peringatan Haul KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur ke-16 akan digelar pada Sabtu (20/12) pukul 18.00–23.00 WIB, bertempat di Jalan Warung Silah No. 10, Ciganjur, Jakarta Selatan.

Acara ini akan dihadiri sejumlah tokoh nasional, seperti Nyai Shinta Nuriyah Wahid, Prof. Mahfud MD, KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), KH. Ubaidullah Shodaqoh, serta berbagai tokoh agama dan tokoh lintas iman lainnya. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, agenda utama Haul Gus Dur ke-16 meliputi pembacaan tahlil oleh KH. A. Mu’adz Thohir dan doa oleh KH. Abdul Hakim Mahfudz. Acara akan diawali dengan pembacaan selawat oleh Azzam Nur Mukjizat dan hadrah dari Shoutul Munawwaroh, dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Ustadz Miftah Farid.

Sejumlah seniman turut memeriahkan acara, di antaranya Cak Kirun dan Tessy, Aurora Maica Madura (putri Yenny Wahid–cucu Gus Dur) juga akan tampil. Sebagai penutup, Budi Cilok feat. Michail Abel akan membawakan sejumlah lagu balada karya Iwan Fals, musisi legendaris yang karya-karyanya sarat dengan kritik sosial. (*)