Gus Yahya Sebut Lima Sila Pancasila Santri dalam Hari Santri Nasional 2025 di Tambakberas

Jombang, jurnal9.tv -Peringatan Hari Santri Nasional yang ke-10 kali ini mendapatkan kado pahit. Namun demikian Ketua Umum PBNU menguatkan bahwa santri adalah sebuah pergulatan hidup total. Menjadi santri memiliki Lima Sila Pancasila Santri. Siapapun santri harus menekuni kelima hal ini dalam kehidupan sehari-hari.
“Menjadi santri adapah sya’yun syamil – pergulatan total yang utuh, yang ditekuni di atas lima prinsip dasar,” demikian pernyatan Gus Yahya dalam Apel Akbar Hari Santri Nasional 2025 di Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang.

Kelima prinsip dasar tersebut sebagai berikut.
Pertama, Khidmatul ‘Ilm. Santri berkhidmat kepada ilmu bit ta’allum wat ta’lim wal ‘amal — dengan belajar, mengajarkan ilmu, berbagi ilmu, dan mengamalkan ilmu.

Kedua, Tazkiyatun Nafs. Santri senantiasa berusaha membersihkan jiwanya — membersihkan jiwa dari segala noda yang dapat mencemari diri dan mencemari amalnya di hadapan Allah Subhanahu wa Ta‘ala.

Ketiga, Jihad fi Sabilillah. Santri berjuang di jalan Allah; berjuang untuk memuliakan kalimat-kalimat Allah yang luhur; berjuang untuk mewujudkan, melaksanakan, dan mengimplementasikan nilai-nilai luhur dari kalimat-kalimat Allah di dalam kehidupan pribadi dan kehidupan masyarakat.
“Barang siapa tidak peduli kepada umat dan masyarakat, dia bukan santri,” demikian tegas Gus Yahya, Ketua Umum PBNU.

Keempat, Khidmatu Indonesia. Santri berbakti kepada Indonesia. Santri menyediakan jiwa dan raganya demi kemaslahatan Indonesia. Santri siap mengorbankan kepentingan subjektif, pribadi maupun kelompok, demi kemaslahatan Indonesia. Apa pun tantangan yang dihadapi, Indonesia adalah pusat perjuangan santri di dalam pergulatan masyarakatnya.

“Itulah sebabnya, setelah Rais Akbar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Hadratus Syaikh K.H. Muhammad Hasyim Asy‘ari, memfatwakan jihad fi sabilillah menghadapi datangnya sekutu yang diboncengi NICA, serta-merta dibentuk barisan kiai mujahidin di bawah kepemimpinan nasional Kiai Abdul Wahab Hasbullah,” demikian imbuh Gus Yahya dalam pidatonya.

Selamanya, santri-santri Nahdlatul Ulama terus bersedia, siap siaga mempersembahkan apa pun yang ada, mengorbankan apa pun pada dirinya untuk kemaslahatan dan kemuliaan Indonesia.

Kelima, Ikramul Insaniyah. Santri memuliakan kemanusiaan.
Karena Allah SWT sendiri telah memuliakan manusia: “Walaqad karramna bani Adam.” Api proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia itu adalah kemanusiaan.
“Barang siapa menghinakan sesama manusia, dia bukan santri.
Barang siapa menghinakan santri, dia bukan manusia,” demikian pungkas Gus Yahya.