Surakarta, Jurnal9.tv – Gus Ahmad Mihyal Manutho Muhammad, Kontingen PWNU Jawa Timur yang berasal dari Ponpes Lirboyo Kediri berhasil menyumbangkan Emas pertama untuk Kontingen Jatim melalui Cabang Perlombaan Musabaqah Qiroatul Kitab dalam PORSENI NU Tingkat Nasional 2023. Hal ini diketahui usai Dewan Juri mengumumkan hasil peniliain babak final yang berlangsung di Ponpes Al-Muayyad Mangkuyudan Surakarta, Kamis (19/01/2023).
Diketahui, Gus Mihyal merupakan Cucu dari KH. Anwar Mansur Rais Syuriah PWNU Jawa Timur. Dirinya menyebut tidak menyangka Bisa terpilih mewakili Jawa Timur dan bisa mempersembahkan medali emas, kemenangan tersebut, yang ia persembahkan untuk guru dan para masyaikh.
“Yang jelas saya tidak menyangka dipilih sebagai perwakilan Jawa Timur dan Alhamdulilah diberi kesempatan yang mulia ini bisa mempersembahkan Medali Emas,” tuturnya.
“Kemenangan ini saya persembahkan untuk gugu-guru saya di Pondok Pesantren khususnya para masyaikh, semoga hal ini bisa menjadi perantara untuk mendapatkan ridho mereka,” sambung Gus Mihyal.
Meskipun seorang Cucu Pengasuh Pesantren, Gus Mihyal tidak mau diistimewakan. Dirinya juga mengikuti tahapan seleksi yang dilakukan oleh Pengurus Bahtsul Masail Pesantren bersama santri lainnya.
“Untuk persiapan secara khusus sebenarnya tidak ada, karena fathul mu’in sendiri yang menjadi fan dalam MQK ini, di Pondok Lirboyo menjadi Kurikulum pendidikan, tapi khusus untuk PORSENI ini ada bimbingan khusus dari LBM Lirboyo. Karena Sebelumnya dilakukan seleksi bagi para santri oleh pengurus Pondok,” sambungnya.
Putra Pertama dari KH. Athoillah Sholahuddin ini menyebut, tradisi kitab kuning di Pesantren sudah sangat kental sehingga menjelang perlombaan lebih siap karena sejak kelas 1 ibtidaiyah hingga kelas 6 Ma’had Aly.
“Untuk tradisi kitab kuning di pondok pesantren Lirboyo sangat Kental sekali karena semua pelajaran dari kelas 1 Ibtidaiyah hingga Ma’had Aly semester 6 itu semua berdasarkan kurikulum kitab kuning semua. Jadi selama proses dua belas tahun di pesantren memang sudah sangat dekat dengan Kitab Kuning,” ungkap Gus Mihyal.

Dirinya juga berpendapat, pentingnya mempelajari Kitab Turats karena kandungannya selalu relevan dengan perkembangan zaman.
“Sangat penting sekali mempelajari kitab-kitab turats, namun tidak cukup sekadar mempelajari namun juga bisa menerapkannya karena saya rasa kalau dipahami secara kontekstual Kitab itu akan selalu relevan sampai kapanpun, ila yaumil qiyamah,” tuturnya.
Peraih medali emas pertama untuk Jawa Timur ini masuk di pesantren secara aktif tahun 2016, usai menerima penghargaan ia menyampaikan terimakasih kepada para guru -gurunya beserta pengurus PWNU Jawa Timur.
“Terimakasih banyak kepada guru-guru saya, utamanya para masyaikh, utamanya Pengurus PWNU Jawa Timur, senantiasa kami mengharap doa dan ridho para beliau,” ungkap Gus Mihyal.
Di akhir Wawancara bersama Zaynullah, Jurnalis TV9, Putra pertama Kiai Athoillah dari tiga bersaudara ini bercerita aktivitas sehari-hari selama di pesantren.
“Di pondok saya kelas 3 Aliyah sekolahnya malam, jam pembelajaran jam 7 malam sampai 23.00 WIB. sehabis dari madrasah biasanya kami berlanjut di Ekstrakulikuler Bahtsul Masail sampai subuh. Ba’da subuh berjamaah ada pengajian kitab di serambi masjid bersama mbah kiai Anwar Mansur, kemudian istirahat sampai jam 11 sebelum melaksanakan musyawarah sampai jam 1 siang dan berlanjut kajian kitab kembali,” terangnya.
Selain pembelajaran pendidikan, ada kebiasaan santri yang memperkuat proses pembelajaran melalui berbagai amalan yang biasa dijalankan seperti ngerowot, puasa Daud maupun Senin-Kamis.
“Kalau untuk di luar pembelajaran, ada banyak amalan yang dilakukan santri seperti Puasa Ngerowot tidak makan nasi putih, puasa bil ‘aruf tidak memakan hal-hal yang memiliki nyawa, ada yang puasa daud dan puasa senin-kamis,” tutupnya.