Probolinggo, Jurnal9.tv – Karakter, keilmuan dan keterampilan yang dimiliki oleh para santri dan alumni pondok pesantren adalah modal besar yang potensial untuk dioptimalkan perannya di tengah masyarakat, menjadi sosok game changer untuk menghadapi banyaknya ketidakpastian dunia. Game changer yang dimaksud adalah sosok inovatif di tengah masyarakat yang bisa melakukan perubahan di saat-saat yang sulit yang akan dihadapi dunia global di tahun-tahun mendatang.
Hal ini disampaikan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa saat menghadiri Haflatul Imtihan Ke-91 PP Zainul Hasan Genggong Puteri di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, Pajarakan, Kab. Probolinggo. Haflatul imtihan merupakan even tahunan di pesantren Nahdlatul Ulama di seluruh Indonesia, sebagai tradisi menutup akhir tahun pelajaran, menyambut bulan suci Ramadhan dengan menampilkan capaian pendidikan selama satu tahun, mulai aspek keilmuan sebagaimana kelulusan atau kenaikan kelas, prestasi yang diraih hingga penampilan bakat seni dan budaya para santri.
“Ketika ada kesulitan Allah akan turunkan anugerah kemudahan lewat ikhtiar perubahan dan inisiasi. Ini yang saya sebut pentingnya para santri dan alumni akan pentingnya menjadi sosok game changer,” ungkap Gubernur Khofifah
Lebih lanjut, ia optimis akan selalu ada inovasi dan kreativitas yang membukakan berbagai kesulitan yang sedang dihadapi bertemu solusi, ketika sosok-sosok game changer telah muncul.
“Inilah yang kita harapkan bahwa bibit-bibit unggul Pesantren Zainul Hasan Genggong agar bisa menjadi sosok game changer,” katanya
Di hadapan para santri, wali santri dan alumni yang hadir, Khofifah sapaan lekatnya menyampaikan bahwa permintaan dari Kepala Biro Pendidikan Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong Putri untuk mengundang 120 santri yang berhasil menjuarai lomba internasional diterimanya.
“Saya tunggu kehadirannya di Grahadi. Karena pada dasarnya ini akan menjadi referensi dari banyak Pesantren agar termotivasi dari para Champion, dari pesantren Zainul Hasan,” ujar Khofifah.
Khofifah yang juga ketua umum PP Muslimat NU ini menyampaikan ada PR besar yang tidak sederhana sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Pengasuh PP Zainul Hasan Genggong KH Hasan Mutawakil Alallah. Yaitu bahwa sesungguhnya kesepakatan di antara seluruh entitas di negeri ini adalah sebuah mitsaqan ghalidza (perjanjian agung).
“Maka sesungguhnya mempertahankannya adalah menjadi kewajiban kita semua. Bersama para Kiai dan Bu Nyai bagaimana kita memberseiringkan antara kekuasaan dan agama. Agama adalah pondasi dan kekuasaan punya tugas untuk menjaganya,” kata orang nomor satu di Jatim.
Guna menjaga hal tersebut, Khofifah berharap bahwa apa yang dilakukan oleh Pemprov Jatim berseiring dengan Rahman dan Rahim Allah SWT. “Termasuk juga ridho-Nya. Maka sejak 2019, kami ingin bersapa dengan hafidz dan hafidzah setiap tahunnya. Belum bisa semuanya, tapi tiap tahun kami bersilaturahmi dengan 4.600 hafidz hafidzha serta memberikannya tunjangan kehormatan,” jelasnya.
“Juga kami berikan tunjangan kehormatan bagi para imam masjid tapi bukan masjid agung dan musholah. Melainkan masjid yang ada di pinggiran kampung, pinggir pantai. Ada 11.900 para imam masjid yang mendapat tunjangan kehormatan dari Pemprov Jatim. Harapannya seluruh imam masjid bacaannya mau di tashih karena masih ada bacaan imam yang belum fasih dan kurang baik makhrajnya ,” lanjutnya
Di akhir, Ia mengatakan bahwa ada Hadist Qudsi, Ana ‘inda dhonni ‘abdi bi, yang artinya Allah SWT akan memberikan apa yang diprasangkakan oleh hamba-hambanya. Oleh karena itu, hadist ini bisa menjadi motivasi tersendiri bagi kita semua.
“Bahwa dalam segala hal kita harus berprasangka baik (berhuznudzon). Insyaallah dengan kerja keras dan profesional Mudah-mudahan Allah SWT turunkan barokah besar bagi Bumi Majapahit Jawa Timur. Ini terbukti dengan berbagai pencapaian yang telah didapatkan oleh Peprov Jatim, tutupnya.
Sementara itu, Pengasuh PP Zainul Hasan Genggong KH. M. Hasan Mutawakil Alallah menyampaikan bahwa dirinya merasa tersupport dan tersanjung bahwa Gubernur Khofifah yang hadir pada acara Haflatul Imtihan.
“Ini kebanggaan bagi kita bahwa Haflatul Imtihan ini dihadiri oleh salah satu dari 500 tokoh islam berpengaruh di dunia. Ibu Gubernur juga satu-satunya tokoh perempuan Islam Indonesia yang masuk pada daftar tersebut. Kami sangat tersanjung dan merasa tersupport,” ujarnya
Kepada Gubernur Khofifah, Kiai Mutawakil menyampaikan bahwa sebagai masyarakat Jatim, dirinya pun mendukung secara penuh berbagai program yang diupayakan untuk pebangunan.
“Sengaja kami undang Ibu Gubernur agar bisa melihat sendiri bagaimana peningkatan pendidikan pesanteren Zainul Hasan Genggong. Juga ini berseiring dengan upaya Ibu Gubernur untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jatim,” jelarnya
“Sesuai dengan kalimat yang Ibu Gubernur sampaikan yakni, Orang Itu akan Mulia apabila kita berilmu dan sejahterah. Maka pesantren ini berupaya membekali putra putri umat dengan ilmu pengetahuan dan skill yang dibutuhkan mereka,” lanjutnya
Kepada para santri dan alumni, ia secara khusus meminta agar menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Menurutnya penting untuk membebaskan bangsa ini dari menipisnya persatuan dan kesatuan akibat adu domba, fitnah dari berbagai pihak.
“Kita harus mengambil peran secara masing-masing untuk menjaga kesatuan dan persatuan demi kemaslahatan bersama. Saya juga ucapkan selamat atas 4 tahun kepemimpinan Gubernur Khofifah dan Wagub Emil. Kami semua benar-benar merasakan bagaimana negara hadir di lingkup masyarakat Jawa Timur,” pesannya
Kepala Biro Pendidikan PP Zainul Hasan Genggong Putri Abdul Aziz Wahab menyampaikan rasa terima kasihnya kepada wali santri yang telah mempercayakan pendidikan anaknya kepada kami.
“Secara umum perkembangan santri dan pendidikan tinggi disini mengalami peningkatan sebesar 40% di tahun 2023. Mulai dari TK hingga pendidikan tinggi semuanya meningkat drastis,” katanya
Kepada Gubernur Khofifah, Ia juga mengharapkan bahwa para santri yang mendapat prestasi Internasional agar bisa diundang hadir di Gedung Negara Grahadi. “Umpama ini benar-benar terjadi, ini akan menjadi cerita tersendiri bagi mereka yang mendapatkan prestasi internasional. Kami tidak meminta apa-apa, hanya ingin bertemu dan mendapat Ibu Gubernur motivasi dari Ibu Gubernur,” pungkasnya.
Puncak Haflatul Imtihan di PP Zainul Hasan Genggong digelar pada Senin (6/3) malam untuk Santri Putri, dan Selasa (7/3) malam untuk Santri Putra sekaligus menutup seluruh rangkaian haflah. Haflah Imtihan digelar di ribuan pesantren, khususnya pondok bertradisi salafiyah, secara serentak di bulan Sya’ban, jelang liburan santri oada Ramadhan hingga Syawal. Di beberapa pesantren, Haflah imtihan disebut dengan Lailatul Muwada’ah atau Malam Perpisahan yang diperuntukkan bagi santri yang dinyatakan lulus dan akan meninggalkan pesantren.