Buka NU Women, Gus Yahya: Perempuan Sudah Berkuasa Sejak Dulu

Surabaya, Jurnal9.tv – Tidak ada perempuan Muslim yang memiliki peran lebih di penjuru belahan dunia Islam manapun, melebihi peran dari perempuan-perempuan Nahdlatul Ulama, yang mempunyai lapisan-lapisan aktivis perempuan yang paling berperan dan aktif di kalangan Indonesia. Perempuan aktivis Nahdlatul Ulama  tidak hanya berperan saja, tetapi juga ikut andil dalam aktifis perlindungan ibu dan anak.

KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU), dalam pembukaan nu Women Fest mengungkapkan,  aktivis perempuan di lingkungan NU mempunyai aroma yang ada pada Nahdlatul Ulama , itu bukan kebetulan akan tetapi sudah melihat dari adat yang bersumber dari agama.

Gus Yahya juga bercerita, salah satu aktivis perempuan Nahdlatul Ulama  yang sangat berperan yakni Bu Nyai Djuaesih, beliau pada tahun 1938, menuntut hak atas pendidikan seorang perempuan, dan ingin meningkatkan kualitas peran perempuan-perempuan NU, serta tidak melihat berapa bobot perannya yang dilakukan. Karena masyarakat Nusantara didominasi oleh perempuan.

Adapun beberapa contoh gerakan perempuan yang sangat dibutuhkan dan lebih kuat dari kaum laki-laki, yakni:

  1. Suku Minang yang meneguhkan dominasi perempuan dengan memiliki prinsip kekeluargaan.
  2. Aceh, kerajaan pertama kali yang membentuk pasukan perang perempuan.
  3. Jawa, masyarakat perempuan sebagai petani yang sangat dominan dengan kerja kerasnya.

“Perempuan lebih berkuasa sejak dulu. Dulu ketika panen, perempuan yang menyimpan gabah dan menerima hasil panen. Kita juga bisa liat aksesories perempuan lebih canggih. Perempuan punya keterbukaan tinggi di tengah-tengah masyarakat,” jelas Gus Yahya.

Gus Yahya berharap, hal itu perlu dijadikan sebuah arah, ketika hendak membangun suatu paradigma perempuan di lingkungan Nahdlatul Ulama. Di masa yang akan datang, pendidikan yang lebih baik, diyakini berpengaruh terhadap peningkatan kualitas dan peradaban perempuan.