Bakti Pada Orangtua, Wujudkan Mimpi Ayah Tunanetra ke Tanah Suci

Madinah, jurnal9.tv -Suroso (84) selalu bilang bahwa keinginannya cuma satu yaitu naik haji,karena tidak ada yang bisa ia harapkan dengan kondisinya yang tunanetra sejak Ia berusia delapan tahun.

Mendengar keinginan orangtuanya, Sukanti (44) bertekad mewujudkannya, Ia mohon izin untuk bekerja di Luar Negeri, tepatnya di Malaysia.

“Bagi saya, keinginan orangtua dan juga keinginan anak saya adalah suatu keharusan yang mesti diwujudkan,” ujar Sukamti, Senin (20/5/2025).

Ia mengungkap bahwa 25 tahun sudah bekerja di Malaysia untuk menabung biaya Ongkos Naik Haji (ONH) sang Bapak dan membiayai keluarga berikut ke lima adiknya.Selain itu juga sebagai single parent sejak anaknya lahir, Sukamti juga harus bekerja keras untuk membiayai kuliah anak semata wayangnya.

“Sukamti ini memang anak yang selalu berbakti dan memikirkan keluarga termasuk semua adiknya dibiayai sekolah,”cerita Suroso lirih.

Menurut Suroso, sejak kecil. Sukamti selalu punya tekad yang kuat. Ia rela dititipkan di Panti asuhan hanya demi bèrjuang mendapatkan pendidikan gratis sejak Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Teknik Mesin (STM) jurusan kelistrikan dikarenakan Suroso dengan kondisi terbatas tidak mampu maksimal mencari nafkah, hanya mengandalkan istrinya Mardiyah (75) sejak dulu bekerja menggarap sawah. “Alhamdulillah tahun ini niat saya berhaji dikabulkan Allah, saya bahagia sekali meskipun tidak bisa melihat indahnya Tanah Suci,”ucap Suroso.

Saat ini, Sukamti berhasil mewujudkan impian ayahnya yang Tunanetra, ia dan sang ayah tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 9 Embarkasi Solo. ” Tabarokaallah, saya bisa mendampingi Bapak berhaji, meskipun agak sedih karena belum bisa sekalian bersama Ibu,” tuturnya dengan mata berkaca. Ia bersyukur mendapatkan kuota prioritas lansia dan pendampingan dari Kementerian Agama, sehingga tidak menunggu antrian terlalu lama.

Menurut ketua kloter, Faozan “Semangat Bapak Suroso untuk beribadah sangat menginspirasi mengingat kondisinya saat ke Masjid Nabawi harus didorong kursi roda oleh pendampingnya, tapi semua anggota kloter lain juga saling membantu, termasuk saat ke Raudho mendorong kursi roda secara bergantian. (ren/mch)