Surabaya, Jurnal9.tv- Banyak orang masih sering menyepelekan kesehatan mental, hal tersebut harusnya menjadi perhatian terbesar bagi kita, karena banyak dampak yang akan terjadi jika kesehatan mental terganggu. Komisi perlindungan anak Indonesia menyatakan selama januari hingga juli 2022, 31% anak laki-laki dan 69% anak perempuan dari total 52 anak menjadi korban kekerasan seksual. Rata-rata korban berusia 5 sampai 17 tahun. Sebagian besar anak-anak menganggap bahwa sekolah, dunia pendidikan adalah dunia keduanya untuk menghabiskan waktu selain di rumah. Namun di dunia pendidikan sekarang, banyak kasus tentang perundungan, intolarisme, dan berbagai macam kekerasan lainnya.
Kekerasan banyak macamnya, secara fisik maupun verbal dan lain sebagainya. Tidak hanya kekerasan tapi juga intolerisme dan perundungan masih banyak terjadi di berbagai tempat pendidikan, desa maupun kota. Dampak yang diberikan sangat berbahaya bagi lingkungan sekitar, terutama bagi korban. Hal tersebut bisa menyebabkan trauma dan berdampak dalam jangka waktu yang panjang.
Gus Noorr Shodiq Askandar S.E. MM ketua PW LP Ma’arif NU JATIM, yang akrab dipanggil Gus Shodiq dalam Tlakshow Ihwal Jam’iyah Tv9 Nusantara mengatakan, kita harus lebih memerhatikan 3 hal tersebut yaitu intolerisme, perundungan, dan kekerasan seksual.
“intolerisme, perundungan, dan kekerasan seksual harus diperhatikan. Jika fenomena gunung es ini tidak segera diatasi maka akan menjadi problem, karena hal terjadi di kalangan generasi penurus bangsa. Apabila tidak segera diatasi maka akan mengurangi jumlah pemimpin bangsa, karena akibat perilaku yang tidak benar, dan para korban yang menjadi traumatis karena hal ini,” jelas Gus Shodiq.
Gus Shodiq mengungkap penyebab dari intolerisme, perundungan, dan kekerasan seksual :
- Pemahaman agama kurang
- Terdapat beragam suku, ras, dll
- Persoalan akhlak
- Pengaruh dunia maya
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Sekolah di bawah naungan LP Ma’arif perlu mengadakan sekolah khusus yang bernama sat-gas sekolah bermartabat. Selain itu, Gus Shodiq akan merekomendasikan kepada Madrasah untuk menjadikan buku berjudul pendidikan karakter islam sebagai acuan pembentukan karakter siswa. Buku tersebut perpaduan antara buku ta’limul muta’alim dan adabul alim wa muta’alim.
intolerisme, perundungan, dan kekerasan seksual juga disoroti Gus Ahmad Faqih, SP, MPD Sekertaris PW Pergunu JATIM pada acara Talkshow Ihwal Jam’iyah Tv9 Nusantara. Beliau mengatakan bahwa Kita tidak bisa menyalahkan murid saja atau pihak remaja saja. Harus ada kolaborasi antara keluarga, pihak sekolah dan lingkungan masyarakat untuk melakukan penjagaan-penjagaan secara sistematis dan terstruktur. Menurut Gus Faqih, keluarga harus memerhatikan kualitas tatap muka dan saling berbagi kekasih sayang.
Banyak ditemui orang tua sekarang merasa cukup menghubungi anaknya melalui dunia maya. Padahal bertemu secara fisik atau langsung itu sesungguhnya suatu hal yang penting karena ada getaran kasih sayang yang tidak bisa diwakilkan oleh gadget. Aspek yang kedua adalah lingkungan sekolah, mulai dari guru, wali murid dan muridnya sendiri harus bisa berkolaborasi dengan baik untuk mencegah terjadinya bullying, kekerasan dan intolarisme.
Perlu bekerja sama dengan stake holder pendidikan untuk mencegah adanya kekerasan, perundungan dan intolarisme. Mulai dari guru, orang tua dan lingkungan masyarakat. Kesepahaman dan langkah bersama untuk mengusut masalah itu menjadi penting. Untuk para guru NU Gus Faqih mengimbau untuk meningkatkan kapasitas diri, sehingga layanan kita semakin memuaskan.
Sudah ada inovasi atau langkah preventif dari LP Ma’arif dengan adanya sat gas sekolah bermartabat dan dari PERGUNU pun sudah ada peningkatan-peningkatan kompetensi bagi para guru yang tidak hanya transfer ilmu saja tapi juga benar-benar menerapkan pendekatan psikologis pada para siswa. (ells/snm)