Kami Ingin Semua Masjid Ramah Lansia dan Difabel

Wawancara Eksklusif Bersama Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, CLA., CWC. Direktur Lembaga Zakat dan Wakaf Darul Hikam Indonesia

Sejak di-launching tahun 2024, Program Wakaf Kursi Sholat mendapat sambutan hangat dari masyarakat Indonesia.  Program kursi wakaf merupakan program unggulan Lazawa Darul Hikam yang unik dan berdampak luas. Progrm ini juga merupakan wujud kepedulian terhadap jamaah lansia dan difabel agar tetap bisa beribadah dengan nyaman di masjid.

Program Wakaf Kursi Shalat dari Lazawa Darul Hikam merupakan contoh nyata bagaimana wakaf dapat diwujudkan dalam aksi sosial yang nyata dan berkelanjutan. Di bawah kepemimpinan Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, CLA., CWC., Lazawa tak hanya mengelola dana umat, tetapi juga menggerakkan perubahan menuju masjid yang ramah lansia dan difabel. Program ini juga bekerja sama dengan Bank Indonesia dengan Platform Digital Satu Wakaf.

Di tengah kesibukannya yang seabrek di dalam maupun luar negeri, kami berkesempatan berbincang dengan Prof. Dr. KH. M. Noor Harisudin, CLA., CWC., Direktur Lazawa Darul Hikam Indonesia di kantornya di Perum Pesona Milenia C.7 No.6 Mangli Jember.

Apa yang melatarbelakangi munculnya program wakaf kursi di Lazawa Darul Hikam?

Ide ini berangkat dari keprihatinan terhadap kondisi masjid yang belum ramah bagi jamaah lansia dan difabel. Kami melihat banyak masjid indah dan besar, tapi belum menyiapkan sarana yang memadai bagi jamaah lanjut usia dan penyandang disabilitas. Dari situ kami berinisiatif membuat program wakaf kursi agar mereka tetap bisa beribadah dengan nyaman.

Program ini merupakan upaya membumikan nilai-nilai Islam yang inklusif. Ibadah harus bisa diakses oleh semua, termasuk lansia dan difabel. Jangan sampai ada jamaah yang enggan datang ke masjid karena keterbatasan fasilitas.

Mengapa program ini menjadi fokus utama Lazawa Darul Hikam?

Pertama, isu masjid ramah lansia dan difabel belum banyak diperhatikan. Saya keliling ke berbagai kota di Indonesia, ini belum menjadi gerakan mainstream.

Kedua, negara belum hadir di bidang ini. Negara masih sibuk yang lain; MBG, penyediaan lapangan kerja, pencegahan korupsi, dan sebagainya. Oleh karenanya Lazawa Darul Hikam merasa terpanggil untuk menjadi pelopor.

Ketiga, trend global untuk lebih memanusiakan manusia. Khususnya yang berkebutuhan khusus. Kami merasa umat Islam belum mention pada tren global ini. Karena itu, Lazawa Darul Hikam ingin melakukan percepatan mainstream masjid ramah lansia dan difabel.

Bagaimana pelaksanaan program ini?

Sejak tahun 2024, kami menjalankan program ini secara bertahap melalui kegiatan sosialisasi dan pembagian kursi wakaf ke berbagai daerah di Jawa Timur.

Kami berkeliling ke masjid-masjid untuk menyalurkan kursi wakaf sekaligus mengedukasi takmir tentang pentingnya masjid ramah lansia dan difabel. Kami terus bergerak dari satu masjid ke masjid dengan kampanye masjid ramah lansia dan difabel sembari memberikan 10 kursi sholat wakaf.

Setelah itu, kami membangun jaringan masjid inklusif agar program ini berkelanjutan. Masjid-masjid ini akan terus berkoordinasi untuk mempercepat fasilitas masjid yang ramah lansia dan difabel. Mereka akan menguatkan satu dengan lainnya.

Kami kolaborasi dengan Bank Indonesia dalam platform digital Satu Wakaf untuk menggalang dana empat kegiatan program wakaf, salah satunya dengan program wakaf kursi. Alhamdulillah, sukses. Bank Indonesia banyak membantu kami.

Bagaimana rencana program ini ke depan?

Ke depan, kami akan berkolaborasi dengan Badan Wakaf Indonesia (BWI) Jawa Timur dan Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya. Tujuannya untuk memperkuat dan mempercepat gerakan ini. Kami berharap program ini bisa direplikasi di luar Jawa Timur di tahun 2027.

Rencananya juga, kami akan menyelenggarakan Award untuk Masjid Ramah Lansia dan Difabel. Kami akan berkolaborasi dengan Unesa Surabaya, Badan Wakaf Indonesia Jatim, Dewan Masjid Indonesia Jawa Timur dan Pemprof. Doanya semoga ikhtiar ini sukses dan berhasi.

Bagaimana respons masyarakat sejauh ini?

Respons masyarakat sangat positif. Banyak masjid yang merasa terbantu. Jamaah lansia kini bisa beribadah dengan lebih nyaman. Bahkan kursi wakaf yang kami salurkan di berbagai kota di Indonesia: Jember, Bondowoso, Lumajang, Malang, Kediri, Bangkalan bahkan ke luar negeri yaitu di Masjidil Haram Mekah. Tentu ini menjadi kebanggaan tersendiri karena menandakan semangat umat Indonesia sampai ke Tanah Suci.
 
Apa tantangan terbesar dalam pelaksanaannya?
Menurut saya, tantangan utama terletak pada kesadaran masyarakat dan pendanaan. Masih banyak yang belum memahami pentingnya aksesibilitas di masjid. Ada yang beranggapan kursi bisa mengurangi kekhusyukan, padahal justru membantu jamaah yang tidak mampu berdiri. Selain itu, proses pengadaan dan distribusi kursi juga memerlukan biaya dan koordinasi yang besar.

Namun, kami optimis bahwa dengan niat baik dan kerja ikhlas, semua hambatan dapat diatasi. Kami yakin, selama dijalankan dengan keikhlasan, Allah Swt.  akan memudahkan.
 
Apa harapan ke depan dari program wakaf kursi ini?

Saya berharap gerakan ini menjadi Gerakan Nasional Masjid Ramah Lansia dan Difabel. Kami ingin dari Sabang sampai Merauke, semua masjid menjadi ramah lansia dan difabel. Targetnya  di tahun 2030, impian itu sudah terwujud.

Oleh karena itu, kami ingin semua sadar dan bergerak: takmir masjid, jamaah masjid dan masyarakat luas. Demikian juga organisasi masjid dan semuanya harus bergerak menuju ke sana. Tidak harus besar, yang penting bermanfaat. Wakaf kursi ini sederhana, tapi dampaknya besar karena memberi kenyamanan ibadah bagi banyak orang khususnya orang lansia dan difabel. ***