Saya memulai dari menjelaskan foto utama dari esai ini. Foto itu mengabadikan kunjungan Asisten Sekjen PBB, Raisedon Zenenga dan Tim UNSMIL, ke Kedutaan Besar Republik Indonesia Tripoli, pada 26 Juli 2022 pada saat pameran Photo Konperensi Asia Afrika 1955 di KBRI Tripoli-Libya.
Pameran foto itu mengunggah sebuah narasi indah. Datang dari jauh, bukan tanpa tujuan. Berbagai isu dunia menjadi pembahasan. Tidak ada kata, selain pembelaan dan dukungan bagi tercapainya perjuangan luhur bagi sebuah kedaulatan dan kerjasama yang saling menguntungkan.
Setiap negara berdaulat berwenang menentukan kebijakan politik dan hubungan luar negerinya. Tiada tujuan selain mempertahankan kepentingan nasional yang berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945. Berkeyakinan teguh membela kebenaran dengan cara yang elegan tanpa menyinggung bahkan melukai perasaan dan kewibawaan suatu negara dan negara-negara sahabat di dunia internasional serta perjuangan bangsa-bangsa yang terjajah.
Disadari itu sebuah perjuangan yang tidak mudah, membutuhkan kesabaran, ketelitian dan kecermatan terhadap setiap pandangan yang berdampak pada kemaslahan sebuah kedaulatan. Sementara dunia masih disuguhkan oleh ketidak seimbangan dan ketidak keadilan di dalam mempertahankan sebuah kedaulatan rakyat atas sejarah dan wilayahnya. Tidak ada kata lain selain duduk dengan tenang seraya menyimak dengan hati yang lapang serta membuka pikiran guna membawa solusi atas sebuah permasalahan dengan senantiasa menjunjung dan menghargai arti sebuah marwah kedaulatan rakyat serta membuka jalan kerja sama yang saling menguntungkan.
Pengalaman menginisiasi sebuah perhelatan sederhana untuk menghimpun kembali persatuan antar generasi sebuah bangsa di sebuah negara di tanduk Afrika menjadi momen untuk mensinergikan nilai luhur kelahiran PBB dan warisan pemimpin negara para KAA 1955. Perhelatan terselenggara dengan hidmat dan mendapatkan perhatian dari Asisten Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), YM Raisedon Zenenga, yang bersedia hadir telah memperkuat makna luhur sebuah perdamaian dan kerja sama internasional yang saling menguntungkan.
PBB sebuah organisasi internasional yang diamanatkan untuk menjunjung nilai perdamaian dunia dan kerja sama internasional, maka kehadiran perwakilannya menjadi momen untuk saling mengingatkan dan mengambil pelajaran sejarah dan berharga dari perjuangan dan diplomasi para pemimpin dunia kala itu, yakni pemimpin negara yang hadir pada Konperensi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung-Indonesia untuk menghindari perpecahan dan bergerak bersama menghapus penjajahan.
Hari kelahiran Badan PBB, pada 24 Oktober 1945 menjadi titik sentral untuk mengenang dan memperkuat batin dan komitmen para pemimpin dunia dan masyarakat internasional untuk menjaga warisan bersejarah dari para pemimpin dunia dan masyarakat internasional kala itu, salah satunya dikenal sebagai Dasa Sila Bandung untuk memperkuat kembali kesadaran di dalam memecahkan permasalahan secara bersama dan menghapuskan penjajahan secara bersama-sama dengan tetap menghormati marwah kedaulatan rakyat suatu bangsa atas atas tanah dan wilayahnya.
Selamat Harlah Perserikaatan Bangsa-Bangsa dan penghargaan yang tinggi atas perjuangan diplomasi pemimpin Konferensi Asia Afrika 1955. (*)
Jakarta, 23 Oktober 2025