Alumnus Ma’had Aly Lirboyo Angkat Best Practice Eco-Pesantren di Forum Halaqah Ulama Internasional Kemenag

Macanang, jurnal9.tvSalah satu alumnus Marhalah Tsaniyah Ma’had Aly Lirboyo Kediri, A. Zaeini Misbaahuddin Asyuari, M.Ag., tampil sebagai presenter dalam perhelatan Halaqah Ulama Internasional 2025 yang diselenggarakan oleh Direktorat Pesantren Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia.

Halaqah ini menjadi bagian penting dari rangkaian Musabaqah Qiraatil Kutub Internasional (MQKI) 2025, mengangkat tema “Transformasi Sosio-Ekologis dan Solusi Epistemologis Berbasis Turats”. Kegiatan berlangsung selama tiga hari, 2–4 Oktober 2025, di Kampus III Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang, Macanang, Wajo, Sulawesi Selatan.

Acara resmi dibuka oleh Menteri Agama RI, AG. Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A. Dalam sambutannya, beliau menegaskan bahwa pemahaman kitab turats tidak boleh berhenti pada kemampuan membaca (iqra’) semata, melainkan harus dilanjutkan dengan implementasi yang menyeluruh, kontekstual, dan relevan dengan tantangan zaman.

Sejumlah tokoh penting hadir sebagai pembicara panel, di antaranya: Prof. Dr. Nur Syam (Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya), Dr. (HC). KH. Yahya Cholil Staquf (Ketua Umum PBNU), Dr. Ahmad Mamdouh (Sekjen Darul Ifta Mesir), Dr. Abdul Hamid ‘Asyyaaq (Rektor Universitas Daar El Hadith Hassania Maroko), Dr. Maryam Ait Ahmed (Guru Besar Universitas Ibn Tufail Maroko).

Para presenter terpilih memaparkan penelitian mereka dalam kelas tematik yang terbagi menjadi empat fokus yaitu: Eko-Fiqh: Rekontekstualisasi Dlaruriyyat Khams, Eko-Spiritual: Rekontekstualisasi Ayat-Ayat Kauniyyah, Transformasi Kurikulum Berbasis Turats: Paradigma Cinta, Fiqh al-Bi’ah: Keteladanan dan Best Practice Pendidikan Pesantren.
Dalam forum tersebut, Zaeini mempresentasikan penelitian best practice pengelolaan sampah plastik di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri. Kajian ini menekankan implementasi Fiqh Al-Bi’ah (fikih lingkungan) sebagai kontribusi nyata pesantren dalam gerakan eco-pesantren.

Ia menjelaskan, praktik pengelolaan sampah plastik di Lirboyo terbukti mampu menekan penumpukan limbah sekaligus menciptakan lingkungan pesantren yang bersih, selaras dengan prinsip Islam “an-nadhafatu minal iman” (kebersihan adalah sebagian dari iman).
Lebih jauh, penelitian ini memberi bukti empiris bahwa pesantren dapat menjadi pelopor gerakan ekologis berbasis nilai agama. “Pesantren Lirboyo dapat dijadikan model pesantren ramah lingkungan yang bisa direplikasi di lembaga serupa lainnya,” ujar Zaeini dalam pemaparannya.

Halaqah Ulama Internasional ini hadir sebagai wadah strategis yang bukan hanya mengokohkan tradisi keilmuan turats semata, tetapi juga membuktikan relevansi khazanah Islam dalam merespons persoalan modern, khususnya krisis lingkungan. (MJA).