Direktur Womester Desak Israel Lepaskan Armada Global Sumud Flotilla  

Depok, jurnal9.tv -Direktur World Moslem Studies Center, Prof. Dr. HM. Noor Harisudin, S.Ag, SH, M. Fil.I, CLA, CWC mengecam keras penangkatan Armada Global Sumud Flotilla (GSF) oleh Israel.  Prof Haris juga mengecam keras pimpinan Israel yang juga menyebut Armada Global Sumud Flotilla ini sebagai teroris. World Moslem Studies Center  yang juga disingkat Womester berkantor di Jl Palikali Beji Depok Jawa Barat.

“Ini kan keterlaluan. Mereka mau membawa bantuan kemanusian ke Gaza, malah dianggap teroris. Ini menunjukkan ‘tidak sehatnya akal’ pejabat Israel.”, tutur Prof Haris yang juga Wakil Sekretaris PWNU Jawa Timur.

Prof. Haris juga mendukung gerakan masyarakat dunia untuk membebaskan Armada Global Sumud Flotilla (GSF). Selain itu, Prof. Haris mendesak agar PBB lebih keras menekan Israel untuk melepaskan seluruh armada tersebut sesegera mungkin.

“PBB tidak boleh diam. Secara hukum internasional, Armada Global Sumud Flotilla (GSF) sudah on the right track. Jadi PBB harus desak semua armada agar dibebaskan secepatnya juga”, kata Prof. Haris yang juga Guru Besar UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember.

Sebagaimana dimaklumi, bahwa Armada Global Sumud Flotilla (GSF), salah satu misi laut terbesar yang mencoba menembus blokade Gaza, dicegat oleh Angkatan Laut Israel. Hampir semua kapal yang membawa ratusan aktivis dari berbagai negara berhasil dihentikan.

Israel menyatakan seluruh kapal telah diamankan kecuali Marinette, kapal berbendera Polandia dengan enam penumpang yang masih berada di laut lepas. Para aktivis yang ditahan, termasuk tokoh iklim Greta Thunberg, mantan wali kota Barcelona Ada Colau, serta anggota Parlemen Eropa Rima Hassan, dibawa ke Israel.

Armada yang terdiri dari lebih dari 45 kapal sipil berangkat sejak akhir Agustus dari pelabuhan di Spanyol dan Italia. Mereka membawa bantuan simbolis berupa makanan, pasokan medis, serta kebutuhan pokok untuk warga Gaza.

Pada Rabu malam, kapal-kapal Israel menaiki armada sekitar 70 mil laut (130 km) dari pantai Gaza. Penyelenggara melaporkan pasukan Israel memutus komunikasi, mengganggu sinyal darurat, serta menghalangi siaran langsung serangan.

“Lebih dari 200 orang dari 37 negara ikut serta, termasuk 30 orang dari Spanyol, 22 dari Italia, 21 dari Turki, dan 12 dari Malaysia,” kata juru bicara armada, Saif Abukeshek, seperti dikutip Al Jazeera.