Mojokerto, jurnal9.tv -Sejumlah tokoh lintas agama bersama lembaga keagamaan mengikuti kegiatan sharing session tentang peran agama dalam penanggulangan bencana, Kamis (02/10) di Aula Kantor Pemkot Mojokerto. Acara ini rangkaian Peringatan Bulan Pengurangan Resiko Bencana (PRB) tahun 2025 sebagai upaya memperkuat kolaborasi antar umat beragama dalam mengurangi risiko bencana di masyarakat.
Kegiatan yang diinisiasi oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Islami Relief Indonesia dan sejumlah organisasi kemanusiaan tersebut menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang organisasi dan keagamaan. Diantaranya Ari Fahri, pengurus DMI Sulawesi Tengah, Pdt. Marchella Detrin Marunduh, Penyuluh Agama Kristen, Kemenag Kabupaten Poso.
Heru Prayitno, Tokoh Agama Buddha Walubi, Dr. Yudi Yasa Wibawa Tokoh Agama Hindu PHDI, Rm. Adrianus Suyadi, tokoh Agama Katolik, Ws. Liem Liliany Lontoh, Tokoh Agama Khonghucu, MATAKIN. Serta Prasinta Dewi, Deputi bidang pencegahan BNPB.
Surya Rahman Muhammad Direktur Humanitarian Forum Indonesia,
mengatakan, acara ini menghadirkan nara sumber perwakilan Agama yang ada Indonesia untuk bersama sama berdiskusi tentang peran tokoh dan lembaga Agama dalam upaya pengurangan resiko bencana.
“Ini bagian dari kegiatan Peringatan Bulan Pengurangan Resiko Bencana tahun 2025. Pentingnya peran tokoh agama serta rumah ibadah dalam penanggulangan resiko bencana”, kata Surya Rahman Muhammad, disela sela acara.
Menurutnya ada ribuan rumah ibadah di seluruh wilayah Indonesia yang bisa menjadi tempat sosialisasi dan edukasi tentang penanggulangan dan pengurangan resiko bencana melalui tokoh agama masing masing.
“Indonesia merupakan wilayah yang berpotensi bencana, melalui tokoh agama dan rumah ibadah masing masing bisa berperan aktif dalam upaya pengurangan resiko bencana”, katanya.
Sementara Prasinta Dewi, Deputi bidang pencegahan BNPB mengatakan, para tokoh agama melalui rumah ibadah diharapkan bisa menjadi agen perubahan dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat terutama di daerah yang rawan bencana dan bagaimana melakukan evakuasi mandiri.
“Kami berharap melalui peran tokoh agama di rumah ibadah masing masing, bisa memberikan pemahaman tentang wilayahnya masing masing terutama yang rawan bencana, yang paling penting adalah sosialisasi kepada masyarakat tentang resiko bencana di wilayah masing masing serta bagaimana evakuasi mandiri jika terjadi bencana”, jelas Prasinta Dewi.
Sementara dalam diskusi tersebut, para pemuka agama menekankan pentingnya nilai-nilai kemanusiaan, gotong royong, dan kepedulian sosial sebagai landasan spiritual dalam menghadapi bencana. Selain itu, lembaga keagamaan juga diharapkan menjadi pusat koordinasi bantuan saat terjadi keadaan darurat.
Acara sharing session ini lintas tokoh agama dan lembaga agama berkomitmen untuk terus berperan aktif dalam pengurangan risiko bencana serta mendukung program pemerintah dalam membangun masyarakat yang tangguh bencana.