Pasuruan, jurnal9.tv -Universitas Darullughah Wadda’wah (UII DALWA) Bangil Pasuruan bersama Manuskripedia menggelar Seminar dan Pameran Manuskrip bertajuk “Manuskrip sebagai Inspirasi Keilmuan Masa Kini dan Berkelanjutan” di Hotel Dalwa Syari’ah, Bangil, Minggu (31/8). Acara ini diikuti puluhan peserta dari civitas akademika UII DALWA, akademisi se-Pasuruan, serta masyarakat luas baik secara langsung maupun melalui Zoom Meeting.
Acara dibuka resmi oleh Habib Dr. Zainal Abidin, M.Pd., Direktur Pascasarjana UII DALWA, yang menegaskan bahwa bangsa Indonesia memiliki kekayaan luar biasa, tidak hanya sumber daya alam, tetapi juga budaya, tradisi, spiritualitas, serta peninggalan intelektual para ulama. “Warisan leluhur dan ulama Nusantara adalah pilar penting dalam menjaga keutuhan bangsa sekaligus dasar pengembangan peradaban. Inilah kekuatan yang harus terus dipegang erat,” ungkapnya.
Dalam pemaparannya, Wahyu Muryadi, S.E., M.M., Founder Manuskripedia, menekankan bahwa manuskrip karya para ulama Nusantara adalah sumber pengetahuan yang berharga. Ia mencontohkan naskah Takepan Husada yang memuat ilmu pengobatan tradisional, naskah keagamaan yang sarat nilai spiritual, hingga naskah perhitungan Jawa yang menjadi bagian dari kearifan lokal. “Inilah khazanah ulama dan leluhur yang harus dijaga agar tidak tergeser, apalagi sampai dikuasai bangsa lain,” tegasnya.
Sebagai narasumber, Dr. Masyhudi, M.Ag. (Dosen SPI UINSA) mengupas pentingnya manuskrip ulama sebagai sumber sejarah. Menurutnya, manuskrip tidak hanya ditelaah dari sisi kodikologi, tetapi juga dari aspek filologi yang membuka ruang keilmuan sangat luas. “Manuskrip ulama adalah catatan peradaban yang menyimpan pengetahuan mendalam. Jika diteliti dan diwariskan, ia akan menjadi sumber inspirasi tak ternilai bagi generasi mendatang,” jelasnya.
Sementara itu, Dr. Kholili Hasib, M.Ud. (Dosen UII DALWA) menekankan kesadaran bangsa dalam merawat warisan keilmuan ulama Nusantara. Ia mengutip pepatah Jawa “wong Jowo ilang Jawane” sebagai gambaran lunturnya identitas bangsa. “Melalui manuskrip, kita bisa kembali mempelajari warisan ulama dan leluhur untuk membangun peradaban masa depan yang lebih kuat,” ujarnya.
Pemaparan semakin menarik dengan hadirnya Diaz Nawaksara, Kurator Manuskrip dan Ahli Aksara Nusantara, yang menjelaskan pentingnya menguasai aksara-aksara warisan Nusantara. “Ulama kita meninggalkan puluhan naskah dalam berbagai aksara. Tanpa memahami aksara, kita tidak akan bisa membuka khazanah ilmu yang tersimpan di dalamnya. Menghidupkan aksara adalah langkah awal menjaga warisan ulama Nusantara,” tandasnya.
Momentum penting acara ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Manuskripedia dan UII DALWA, yang menjadi pijakan strategis dalam upaya pelestarian, penelitian, dan pengembangan keilmuan manuskrip ulama Nusantara. Kolaborasi ini diharapkan melahirkan kontribusi nyata bagi dunia akademik maupun masyarakat dalam merawat khazanah intelektual bangsa.
Melalui seminar dan pameran ini, UII DALWA bersama Manuskripedia menegaskan komitmennya untuk memperkuat identitas bangsa dengan menghidupkan tradisi riset manuskrip ulama Nusantara. Tidak sekadar ruang diskusi akademis, kegiatan ini juga menjadi ajakan kolektif untuk menjadikan manuskrip sebagai sumber inspirasi keilmuan yang relevan dengan masa kini dan berkelanjutan di masa depan.
Antusiasme peserta, baik yang hadir langsung maupun daring, menjadi bukti bahwa perhatian terhadap manuskrip ulama Nusantara semakin tumbuh. Harapannya, warisan intelektual bangsa ini tidak hanya tersimpan di rak-rak perpustakaan atau koleksi pribadi, melainkan terus dikaji, dipublikasikan, dan menjadi fondasi pembangunan ilmu pengetahuan yang berakar pada jati diri bangsa Indonesia.