OPINI  

Obituari Pak Maddidi, Sang Pejuang NU

Saya ucap salam dan menyatakan turut berduka cita yang mendalam atas berpulangnya Pak Maddidi. Perempuan di depanku tersenyum dan mengucap terima kasih. Terdiam aku melihat seorang perempuan yang sangat tegar, padahal kehilangan suami tercintanya. Usut punya usut mereka adalah keluarga pejuang. Pak Madidi adalah pengurus MWC NU Banyuputih, Situbondo. Sementara istrinya adalah pengurus Muslimat Anak Cabang setempat.

Sebelum berangkat menghadiri acara konsolidasi pokja perhutanan sosial PWNU Jatim, Sang istri mengingatkan untuk istirahat karena setelah dari wilayah perhutanan sosial di Belawan. Serta mengingatkan usia yang sudah tidak muda lagi. Namun setiap ada kegiatan NU beliau selalu berkobar-kobar semangatnya. Terlebih kegiatan yang terkait dengan pemberdayaan masyarakat NU, Pak Maddidi selalu ingin hadir dan mengalir.

Maddidi saat bersama T. Candra A.

“Kalau yang kita makan itu sudah lebih dari cukup bu, tapi untuk warga NU masih banyak yang miskin.” Pernyataan sang suami yang demikian membuat Bu Madidi tegar. Bahkan saat menerima Pak Maddidi sebelum diantar ke tempat peristirahatan terakhir, Bu Madidi masih sempat berkata, “abdina ikhlas ya Allah karena yang diperjuangkan suaminya adalah untuk umat.”

Siang tadi, rumah Pak Maddidi masih rame dengan orang ta’ziyah, termasuk ibu-ibu Muslimat NU Anak Cabang Banyuputih. Sebelum berpamitan, aku yang ditemani Pak Rosi (ketua perhutanan sosial PCNU Situbondo) dan sekretaris LPP PCNU Situbondo, Mas Miftah, menyempatkan tahlil di pusara Sang Pejuang. Ternyata beliau juga seniman ukir. Beliau sering mengukir simbol NU.

Dalam perjalanan meninggalkan Banyuputih, baru sadar jika jalan menuju rumah Pak Madidi berhadap-hadapan dengan jalan menuju Pesantren Syafi’iyah Salafiyah Sukorejo. Hari ini perempatan itu begitu padat kendaraan parkir. Hari ini adalah peringatan puncak Haul Sukorejo. Rupanya Pak Maddidi tidak sabar berkumpul dengan Kyainya. Tidak salah jika kita sebut beliau sebagai pejuang. Ada aliran nilai-nilai kejuangan yang “nggetih” dalam diri
Pak Mahidi, dari kyai-Kyainya, demi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat NU.

Al Fatihah kagem Kyai Syamsul Arifin, Kyai As’ad Syamsul Arifin… Aamiin

(Esai In Memoriam Dr. Tri Chandra Aprianto, Koordinator Nasional Perhutanan Sosial PBNU)