Seusai Pertemuan di Malang, Rombongan Perhutanan Sosial NU Situbondo Alami Kecelakaan, Satu Meninggal

Malang, jurnal9.tv -Innalillahi wa inna ikaihi rajiun. Salah satu ketua kelompok pengelola hutan di Kecamatan Banyuputih, Situbondo, bernama Maddidi tadi malam wafat karena kecelakaan mobil di tol Pasuruan-Probolinggo bersama rombongan yang baru saja menghadiri pertemuan sesama penggerak Hutan Sosial di Hotel Atria, Kota Malang. Acara bertajuk Rapat Harmonisasi dan Sosialisasi Kebijakan Perhutanan Sosial dengan Mitra Strategis itu digelar oleh Tim Perhutanan Sosial PBNU bersama Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (PSKL) Kementerian LHK RI.

“Mohon doanya, tadi malam salah satu rombongan ketua kelompok yang hadir ke acara, mengalami kecelakaan, meninggal satu,” tulis Nurhidayat, koordinator Wilayah Jatim PSNU melalui pesan WhatsApp yang diterima redaksi jurnal9.

Maddidi (Alm)

Almarhum Maddidi adalah Pengurus Ranting NU Sumberejo, yang beralamat di Dusun Sodung Desa Sumberejo Kec. Banyuputih Situbondo. Disamping aktivitasnya di Lembaga Wakaf dan Pertanahan (LWPNU) MWC NU Bamyuputih, Kabupaten Situbondo.

“Innalilahi wa Inna ilaihi rajiun. Selamat jalan pejuang NU, dan pejuang masyarakat Hutan yang tak lepas dari perhatian dan semangatnya almarhum untuk mendapatkan pemanfaatan hutan sosial Situbondo. Mohon doanya semoga amal baiknya dan khidmahnya di NU menjadi jembatan menuju ridhonya dan dosa-dosanya diampuninya. Aamiin ya rabbal alamin,” tulis Baharudin di akun facebooknya.

Selasa (28/11) siang hingga malam kemarin, Tim Perhutanan Sosial PBNU bersama Dirjen PSKL Kementerian LHK melakukan sosialisasi Perhutanan Sosial yang diikuti seratusan lebih para petani, kelompok pengelola dan penggerak Perhutanan Sosial di Jawa Timur. Hadir dalam kesempatan itu direktur jenderal PSKL Kementerian LHK RI secara daring, Dinas Kehutanan Jawa Timur, PWNU Jatim, PCNU, perguruan tinggi NU, serta kelompok-kelompok tani pengelola hutan sosial. Peserta dibagi ke dalam kelompok yang sudah mendapatkan Surat Keputusan Pengelolaan Perhutan Sosial dan Kelompok satunya, kelompok tani yang sedang atau akan mengajukan pengelolaan melalui Tim Perhutanan Sosial PBNU.

Seusai acara, Koordinator Nasional Program Perhutanan Sosial PBNU, Dr. Tri Candra Aprianto melalui pesan WhatsApp menyampaikan bahwa acara seharian kemarin sangat menarik dan menantang. Menarik karena kita bisa konsolidasi pegiat perhutnanan sosial PBNU secara langsung sebanyak itu, dan bisa lebih banyak lagi cuma kita memang membatasinya. Konsolidasi gagasan dan gerakan untuk pengelolaan sumber-sumber agraria yang lebih berkeadilan.

Menantang karena gagasan ini tidak saja untuk kalangan muharrik-nya (penggerak) tapi juga keterlibatan rakyat secara langsung. Masih dibutuhkan energi besar dari kawan-kawan pokja. Kerja pokok pengajuan dan penguatan struktur kelembagaan masih terus dibutuhkan, memikirkan penataan hulu hingga hilir juga tidak kalah seriusnya. Tata guna tanahnya, tata kelolanya, tata produksinya hingga pasarnya.

Karenanya kita patut bersyukur, PBNU dan seluruh jajarannya hingga lebel paling rendah mendukung dan memfasilitasi kegiatan kita ini. NU sebagai rumah kita telah memberi ruang bagi korea-korea seperti untuk berhikmad pada para pendiri dan leluhur.

“Saya atas nama tim perhutanan sosial PBNU mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya konsolodasi yang melelahkan seharian kemarin. Mari kita lanjutkan cerita panjang ini, cerita berhidmah kepada NU,” tutupnya.

Sebagai mana diberitakan, melalui Program Perhutanan Sosial pemerintah telah memberikan akses legal bagi masyarakat untuk mengelola hutan sosial. Sebuah kebijakan revolusioner, karna sebelumnya, pemerintah mempercayakan pengelolaan hutan kepada konglomerasi, dunia industri yang dampaknya kerusakan hutan terjadi. Untuk pelaksanaan program ini, Menteri LHK RI telah menandatangani Nota Kesepahaman dengan Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf di Balikpapan, pada 31 Januari 2022 lalu (*)