Lamongan, Jurnal9.tv – Puluhan paguyuban budaya Lamongan, sejarawan, arkeolog hingga Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI mengikuti sarasehan sejarah Gajah Mada. Sarasehan ini digelar oleh Disparbud Kabupaten Lamongan bersama paguyuban budaya Purwatikta yang mengusung tema kebangkitan Nusantara dari bumi Lamongan.
Siti Rubikah, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lamongan, mengatakan belum ada bukti tertulis tentang sosok Gajah Mada maupun ibundanya, namun sosok Dewi Andongsari dan masa kecil sang Mahapatih ternyata hidup dalam cerita tutur di Lamongan. Makam Dewi Andongsari yang berada di dusun Cancing, desa Sendangrejo kecamatan Ngimbang pun dipercaya berada di Lamongan.
Keberadaan makam Dewi Andongsari tersebut dikuatkan dengan cerita tutur yang beredar di tengah-tengah masyarakat tentang riwayat Dewi Andongsari yang dalam cerita tutur tersebut disebut adalah Ratu Tribuaneswari, pakem cerita tutur atau cerita rakyat ini mengisahkan perjalanan Ratu Tribuaneswari atau Dewi Andongsari keluar dari Majapahit sampai singgah di Gunung Ratu Ngimbang dan melahirkan Gajah Mada.
“Saya merasa belum ada kesimpulan bahwa ini benar atau keliru belum ada seperti itu makanya kami ke depan mohon doa restunya untuk melakukan kajian-kajian yang lebih lanjut agar apa sesuai dengan tema kami kebangkitan nusantara di bumi Lamongan ini benar-benar terbukti,” jelas Siti Rubikah.
Bupati Lamongan Yuhronur Efendi mengatakan, kegiatan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan literasi, serta dapat memperkuat jati diri masyarakat Lamongan di tengah peradaban yang terus berkembang.
“Lebih lanjut Mbak temuan-temuan yang sudah disampaikan tetapi setidaknya cerita tutur yang sudah berkembang dan tahun yang lalu ini kita tangkap sebagai sebuah fakta atau kenyataan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Terus kita lestarikan sebagai satu budaya, terus kita kembangkan juga sebagai spirit dan semangat bagi masyarakat. Tentunya bahwa di Lamongan ini pada saat-saat yang lalu memang sudah ditemukan juga tidak kejayaan,” harap Yuhronur Efendi.
Sementara itu, menurut Wicaksono Dwi Nugroho, arkeolog dari badan pengelola museum dan cagar budaya Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI mengaku, meski dipercaya sebagai makam ibunda Gajah Mada, hingga kini belum ada bukti arkeologis yang mengarah tentang sosok Gajah Mada dan ibunya di situs Gunung Ratu. Arkeolog memiliki versi berbeda terkait keberadaan situs Gunung Ratu.
Wicaksono mengatakan, pihaknya menghormati adanya cerita tutur yang hidup di masyarakat terkait makam di situs Gunung Ratu yang dipercaya sebagai makam ibunda Gajah Mada.
Dari versi arkeologi, belum ditemukan keterkaitan antara Gunung Ratu dengan tokoh Dewi Andongsari sebagai ibunda Gajah Mada ataupun dengan Gajah Mada itu sendiri.
“Kesimpulannya adalah pertama Gunung Ratu, benar merupakan situs penting situs cagar budaya. mungkin kawasan yang areanya lebih luas ya, kalau situs lebih kecil. Memang belum ada penelitian perlu dilakukan kajian lebih mendalam nih. Apakah dia itu ketutup tanah Dia kena longsor sehingga diharapkan ke depan memang kita bisa menemukan bukti arkeologis bukti sejarah yang lebih masif yang lebih jelas di gunung,” ungkap Wicaksono.
Wicaksono meminta pemerintah untuk bisa melakukan penelitian atau kajian lebih mendalam agar bisa diketahui kebenarannya. Bukti arkeologis yang disusun dari cerita tutur ini masih kurang untuk digunakan sebagai pengait antara situs Gunung Ratu dengan ibunda Gajah Mada.
Kabupaten Lamongan, tepatnya pada wilayah selatan merupakan pusat peradaban hindu budha sehingga banyak sekali ditemukan prasasti, candi, arca dan situs lainnya. Dari situs bersejarah yang ditemukan secara tidak utuh tersebut melahirkan cerita lisan dan tradisi lisan yang melekat atau biasa disebut dengan cerita rakyat, salah satunya di situs Gunung Ratu yang terdapat pada dusun Cancing kecamatan Ngimbang terdapat cerita rakyat tentang Dewi Andongsari. (mbs/snm)