Surabaya, Jurnal9.tv – Menjelang Idul Adha beberapa harga kebutuhan pokok (Bapok) mengalami kenaikan. Terkait hal tersebut, guna menstabilkan harga, gerakan pangan murah digelar pemkot Surabaya di pasar induk Sidotopo, Semampir.
Kegiatan gerakan pangan murah di pasar induk Sidotopo, Semampir ini mendapatkan respon positif dari warga Surabaya. Sejak pagi, ratusan warga memenuhi lokasi tersebut. Berbagai Kebutuhan Pokok (bapok) dibelinya. Mulai dari beras, cabai rawit, gula, minyak goreng, telur ayam, bawang merah, serta daging ayam dan sapi.
Meringankan beban masyarakat, semua produk dijual dengan harga di bawah pasaran. Cabai rawit dan bawang merah, misalnya. Setiap 250 gram, kedua komoditas hortikultura itu dijual hanya lima ribu rupiah. Dan jika membeli satu kilogram, pembeli hanya mengeluarkan uang sebesar dua puluh ribu rupiah.
Jika dibandingkan di pasaran, harga tersebut pastinya jauh lebih murah. Yakni saat ini, harga satu kilogram cabai rawit dan bawang merah di pasar tradisional mencapapi Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu.
Kepala dinas ketahanan pangan dan pertanian Surabaya, Antiek Sugiharti mengatakan, selain memberikan harga murah guna memenuhi pasokan stok pada Idul Adha, ratusan kilogram hingga puluhan ton bapok disediakan pihaknya. Sehingga para warga bisa membeli bapok sesuai dengan kebutuhan.
“harga semua di bawah harga pasar. Satu paket seperempatan 5 ribuan. Langsung dari pasar induk sehingga bisa jual murah. Minyak sekitar 1200 liter. Pasar induk ini diharapkan bisa mensulai produk produk ke pasar lainnya,” jelas Antiek Sugiharti.
Selain meringankan beban masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan dapur, antiek berharap kegiatan gerakan pangan murah bisa menstabilkan harga saat Idul Adha dan mencegah terjadinya inflasi.
Sementara itu, para pembeli merasa terbantu dengan kegiatan gerakan pangan murah. Yurnalis, misalnya. Warga Wonokusumo tersebut berharap gerakan pangan murah bisa rutin digelar setiap bulannya. Terutama saat harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan seperti saat ini.
“Beli 2 ( total 10 kg beras), dibatasin belinya,” cerita Yurnalis. (ahs/snm)