Filosofi Cinta dalam Ibadah Puasa

Surabaya, Jurnal9.tv – Puasa Ramadhan ternyata menyimpan makna yang mendalam tentang cinta. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Dr. KH. Ilhamullah Sumarkhan, ketua LDNU Jatim pada acara Tabuh Maghrib di TV9.

“Falsafat cinta yang pertama puasa itu adalah ibadah yang dicintai oleh Allah. karena Allah cinta kepada orang yang berpuasa maka Allah memberi. Nah cinta itu lambangnya memberi,” cerita kiai Sumarkhan sapaan akrabnya.

Beliau juga menjelaskan bahwa Allah mencintai orang yang berpuasa karena di dalamnya terkandung falsafah untuk membuktikan cinta. Beliau mengatakan pembuktian kualitas dan kedalaman cinta seseorang terlihat ketika datangnya ujian. Seseorang yang mampu sabar dalam  mempertahankan cintanya ketika mendapat ujian maka cintanya terbukti.

“Intinya ibadah puasa adalah ibadah yang melatih tentang kesabaran seseorang. Sabar untuk melakukan sesuatu. Sabar untuk tidak melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah dan sabar untuk meninggalkan sesuatu yang disenangi tapi dilarang oleh Allah”. Kiai Sumarkhan melanjutkan, “Ujian ini kan berat. Nah, karena berat itu kok tetap orang itu bertahan, Allah menghargainya”.

Ibadah puasa juga merupakan penggambaran nilai ketakwaan. “Orang berpuasa itu kan siapa yang tahu yang lain berpuasa atau gak berpuasa”. Karena puasa merupakan ibadah rahasia yang hanya diketahui orang tersebut dan Allah, maka puasa menjadi gambaran nilai ketakwaan.

Dr. KH. Ilhamullah Sumarkhan juga mengatakan bahwa seseorang yang berpuasa yang diharapkan hanyalah ridho Allah. Ini karena mereka rela menahan keinginan untuk makan dan minum untuk bisa  mendapatkan ridho Allah. Dan hal ini sesuai dengan tiga bukti cinta, yaitu:

  1. Mengutamakan kata-kata yang dicintainya daripada yang lain
  2. Lebih senang duduk dengan yang dicintainya daripada dengan yang lain
  3. Mengutamakan keridhoan yang dicintainya daripada yang tidak dicintainya

“Jadi kesimpulannya, sesuangguhnya di dalam ibadah puasa itu ada pelajaran yang sangat bernilai yaitu tentang pelajaran cinta dari hamba kepada Allah dan cintanya Allah kepada hambanya yang berpuasa,” pungkas Kiai Sumarkhan. (swp/snm)