Surabaya, Jurnal9.tv – Sebagai Lembaga yang memiliki konsentrasi dalam pengembangan Aqidah Ahlussunah Wal Jama’ah di bawah naungan Nahdlatul Ulama, Aswaja NU Center Jawa Timur menggelar Seminar Aswaja Internasional yang digelar di Aula Kantor PWNU Jawa Timur, Rabu (01/03/2023).
Dengan Menghadirkan Syech Dr. Hisyam Kamil Ulama Ahlussunah Wal Jama’ah Asal Al-Azhar Kairo Mesir, kegiatan tersebut digelar untuk memperkuat hubungan titik temu Ahlussunah Wal Jama’ah yang berkembang di Nusantara dengan ulama di Timur Tengah.
“Intinya kan ilmu kita di NU dengan ilmu ulama yang ada di Al Azhar itu kan sama, aqidahnya sama makanya kita mengambil ilmu dari beliau,” kata Ketua Aswaja Center Jawa Timur.
KH. Ma’ruf Khozin menambahkan, upaya tersebut dilakukan Sebagaimana hal itu juga untuk meneladani ulama Nusantara yang juga berguru kepada para Ulama Al Azhar di masanya.
“Sama halnya dengan ulama terdahulu bergurunya ya ke Ulama Al Azhar, sehingga kemudian apa yang kita amalkan disini ternyata ada di negara lain yang sama mengamalkan Amaliah seperti kita,” ungkapnya usai acara.
Menurut Makruf Khazin, kita ini beruntung ahlussunah yang mayoritas, andaikan mayoritas mu’tazilah maka kita akan habis karena saling menyalahkan sesama demikian halnya dalam aliran lainnya.
“Hampir seluruh di dunia ini yang namanya ahlussunah wal jamaah itu kan Empat Madzhab itu sama semua, sekalipun terdapat perbedaan pandangan didalamnya tapi tidak sampai saling mengkafirkan,” sambungnya.
Diikuti sekitar 150 peserta dari Beberapa perwakilan pesantren terlihat Hadir, tentunya Aswaja Center dari berbagai Kabupaten, seminar Aswaja Internasional tersebut juga dihadiri KH. Marzuki Mustamar Ketua PWNU Jawa Timur sebagai salah satu pembicara utama.
Sementara itu, Syech Dr. Hisyam Kamil, Ulama Al-Azhar Kairo Mesir mengajak Kalangan Ahlussunah Wal Jama’ah untuk terus menyebarkan paham Islam dengan lemah lembut dan toleran. Tidak ada ceritanya lagi Islam menyebar dengan cara mengangkat pedang.
“Kita memang sedang memerangi (paham) Wahabi namun jangan sampai kita melupakan kalangan awam dalam dakwah Ubudiyah dan ibadah utama lainnya,” jelasnya.
Tidak semua hal baru itu bid’ah begitupun tidak semua hal yang baru adalah Sunnah. Dalam aktivitas sosial, kita bisa membagi bid’ah pada tiga klasifikasi yakni Bid’ah Aqidah, Bid’ah Hukum dan Bid’ah Istiadat.
“Sayangnya orang kemudian menyamakan antara ketiganya, Bid’ah Adat dianggapnya Bid’ah Aqidah. Maka seseorang yang memegang tasbih tidak boleh membuli orang yang tidak memegang tasbih dan begitupun sebaliknya,” pungkasnya. (zen/snm)