Sisi Gelap Player Game Online, Toxic hingga Kena Mental

Surabaya, Jurnal9.tv – Siapa yang tidak kenal dengan mobile legends Bang-bang. Sejak pertama rilis pada 14 Juli 2016, permainan ini menjadi sangat populer di Indonesia. Namun, dibalik kepopuleran gim yang telah di-download lebih dari seratus juta kali ini, terdapat kebiasaan buruk atau permasalahan sosial yang kerap dilakukan pemainnya.

Permasalahan pertama yang cukup meresahkan adalah kebiasaan mengumpat dan saling ejek antar pemain atau yang biasa dikenal dengaan istilah toxic. Dedi, ketua MSL UNP Kediri dan Kadiv ML ESI Kab Kediri juga menyampaikan bahwa banyak pemain mobile legends saat ini yang suka toxic.

Dedi mengatakan “Perbedaan antara pemain dulu dan sekarang itu, kalo dulu itu jago-jago dan gak banyak toxic, tapi sekarang itu ada banyak bocah (baru mulai bermain games) dan banyak banget pemain yang toxic”. Meskipun begitu, Dedi mengakui bahwa para pemain mengalami perkembangan dalam segi gameplay atau cara bermain.

Ahsan, salah satu pemain mengatakan alasan kenapa dia masih sering toxic ketika bermain, karena terbawa oleh emosi. “Ya kebawa amarah karena tim tidak sesuai dengan ekspektasi. Sering juga toxic itu ya karena pengaruh lingkungan. Kan kalo teman toxic parah akhirnya kebawa juga jadi ikut toxic”.

Meskipun begitu, Ahsan mengakui bahwa toxic akan menggangu fokus permainan. “Ya kalau terlalu sering dan keras-keras sambil berteriak ya risih banget”. Dedi juga bercerita bahwa banyak pemain dan biasanyaa bocah yang toxicnya itu kelewatan. Dia mencontohkan seperti ngomong yatim dan sebagainya. Hal itu tentu sangat berpotensi menyakiti perasaan pemain yang diejek.

Untuk mengatasi teman satu tim yang suka mengumpat dalam bermain mobile legends, Dedi menyarankan untuk mematikan fitur komunikasi  antar pemain di dalam games. “lebih baik di mute saja. Soalnya kalo diteruskan nanti malah fokusnya tidak ke permainan malah ke chatting-nya. Saling balas ejekan”.

Permasalahan lain yang biasanya dialami oleh pemain mobile legend adalah kram pada jari. Dedi mengatakan bahwa dia juga mengalami hal itu pada awal bermain. “Ya bisa dibayangkan seperti orang yang sedang memulai fitnes pasti tubuhnya akan merasa lelah dan sakit. Namun ketika sudah terbiasa rasa keram pada tangan tersebut akan menghilang”.

Kebiasaan buruk  lain yang juga sering dilakukan oleh pemain mobile legends adalah kebiasaan topup games. Hal ini sering dikeluhkan oleh orang tua dimana anak mereka sering menggunakan uang jajan untuk topup. Bahkan dalam beberapa kasus, mereka berani  mengambil uang orang tua tanpa izin. Ketika ditanyai mengenai kebiasaan topup, Dedi menjawab ”Sebenarnya sah – sah saja (topup), yang gak sah itu kalo mencuri uang buat topup”.

Para pemain mobile legends juga tidak lepas dari bayang-bayang masalahan mental seperti stres dan frustasi. Ahsan menceritakan “kadang kan posisinya kita udah badmood, karena ada masalah. Trus pingin healing dengan main games. Eh pas main game malah kalah, trus biasanya dihina juga sama pemain lain jadi  ya kayak tambah stres rasanya”.

Ketika ditanya apa yang dilakukan saat terjadi hal semacam itu, Ahsan menjawab untuk berhenti bermain dulu. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan Dedi yang menyarankan untuk berhenti dulu dan beristirahat ketika sudah kalah beberapa kali dalam permainan karena menurutnya itu tanda kalau kita sudah lelah.

Maka dari itu, perlu adanya kontrol diri agar tidak berlebihan dalam bermain gim. Orang tua hendaknya juga memberikan pemahaman dan pengawasan ketika anak bermain gim online agar dampak buruk dapat diminimalisir.

Permainan tradisional seperti petak umpet, engklek, lompat tali, kelereng, gasing, dan sebagainya bisa menjadi alternatif permainan. Selain seru, permainan ini juga memiliki banyak manfaat seperti melatih motorik, sekaligus mengurangi penggunaan gawai pada anak. Dengan bermain tradisional, anak juga belajar bersosialisasi bersama teman dengan baik. Belajar mengontrol emosi, belajar memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing. (swp/snm)